MINI RISET STRATEGI STORY TELLING DALAM MENGEMBANGKAN BAHASA PADA ANAK
MINI RISET
STRATEGI STORY TELLING DALAM MENGEMBANGKAN BAHASA PADA ANAK DI RA REY DINIYYAH PUTERI
PADANG PANJANG
Merawati
& Dr. Dadan Suryana
Universitas Negeri Padang. Kampus UNP Jl. Prof. Hamka
Air Tawar Padang
Email:
meracahaya14846@gmail.com
Email: dadan.suryana@yahoo.com
ABSTRAK
Pendidikan merupakan suatu hal yang
sangat penting dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia dapat
menentukan arah dan tujuan hidupnya. Strategi
story telling (bercerita) dipilih
penulis karena strategi story telling (bercerita) memiliki keutamaan
antara lain mengkomunikasikan nilai-nilai budaya, mengkomunikasikan nilai-nilai
sosial, mengkomunikasikan nilai-nilai agama, membantu mengembangkan fantasi
anak, membantu mengembangkan kognitif anak dan membantu mengembangkan bahasa
anak.
Penelitian
ini adalah penelitian lapangan (field research). Sumber data dalam
penelitian ini adalah pengurus yayasan, kepala sekolah, guru kelas, dan
anak-anak didik pada RA REY Diniyyah Puteri Padang
Panjang.
Untuk mendapatkan data penulis menggunakan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Berdasarkan
hasil penelitian penulis dapat diketahui bahwa pertama perencanaan metode story
telling dalam mengembangkan bahasa pada anak Di RA REY berupa menyiapkan
RKM, RKH yang dibuat oleh guru kelas dengan acuan dari kurikulum dari
pemerintah, kedua pelaksanaan metode story telling berupa menjalankan
RKM, RKH yang sudah disusun oleh guru. Pelaksanaan ini dilakukan mulai dari
pembukaan saat dikelas sebelum materi cerita dimulai, kemudian masuk kepada
inti yaitu guru bercerita dengan tema yang sesuai pada hari itu, setelah
kegiatan berlangsung guru akan melakukan evaluasi kepada anak tentang isi dari
cerita yang disampaikan. Ketiga evaluasi dilakukan oleh semua pihak seperti
kepala sekolah, guru terhadap perkembangan bahasa anak maupun penerapan metode story
telling ini. Dalam evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap pengembangan
bahasa anak yaitu melihat lansung disaat anak bermain , dan berbicara dengan
teman, guru, orang tua pada disaat mereka dijemput. Dalam penerapan metode ini
kepala sekolah melakukan evaluasi dengan cara melihat lansung kekelas bagaimana
penerapan metode story telling ini berlangsung.
Penerapan
metode story telling ini mendapat dukungan dari semua pihak mulai dari
yayasan, kepala sekolah, orang tua, murid, guru. Namun dalam penerapannya
dilapangan terdapat kendala atau hambatan yaitu masih kurangnya media yang
digunakan oleh guru dalam bercerita, kemudian masih ada beberapa guru yang
belum rutin melaksanakan metode story telling ini. Dalam penerapan metode
story telling untuk mengembangkan bahasa anak membawa perkembangan
bahasa yang bagus, tetapi sebelumnya anak berbicara kurang baik, namun setelah
ada cerita yang didengarnya, bahasa anak sudah membaik. Kosa kata anak juga
bertambah. Penulis juga melihat anak dalam bersikap mengalami perubahan lebih
baik, baik terhadap teman, guru, dan orang tuanya.
Kata kunci :Metode story telling, perkembangan bahasa anak.
ABSTRACT
Education is a very important
thing in human life because human beings through education can determine the
direction and purpose of his life. Strategies story telling (story telling)
been a writer because strategies storytelling (story telling) has primacy among
others communicate cultural values, communicate social values, communicating
religious values, help develop children's fantasy, to help develop children's
cognitive and help develop language children.
This research is a field (field
research). Source of data in this research is the foundation board, principals,
classroom teachers, and children of students at RA REY diniyyah Princess
Leopold. To get the data the writer using observation, interviews and
documentation.
Based on the results of the study
authors can be seen that the first stats story telling methods in developing language
in children In RA REY be prepared RKM, RKH made by the class teacher with the
reference of the curriculum of the government, the implementation of the method
of storytelling in the form of running RKM, RKH already drafted by the teacher.
This implementation is done starting from the opening time of the material in
class before the story begins, then go to the core of which is the teacher
talked with the appropriate theme in the day, after the events took place the
teacher will evaluate the child about the content of the story told. The third
evaluation carried out by all parties as principals, teachers of the language
development of children as well as the application of this method of story
telling. In the evaluation done by the teacher to the children's language
development is viewed directly when children play, and talk to your friends,
teachers, parents on when they were picked up. In the application of this
method to evaluate principals by looking directly kekelas how the application
of this method of story telling takes place.
Application of this method of story telling has the support of all parties from foundations, principals, parents, students, teachers. However, in practice there are obstacles or barriers in the field is still a lack of media used by teachers in the story, then there are still some teachers who do not routinely carry out this method of story telling. In applying the method of storytelling to develop a child's language brings good language development, but before children speak less well, but after hearing the story, the language the child has improved. Child's vocabulary also increases. The authors also look at the child in a better attitude change, both to friends, teachers, and parents.
PENGANTAR
Belajar merupakan suatu
proses transformasi ilmu dari orang yang telah mengetahui kepada orang yang
belum mengetahui sehingga orang yang tidak tahu menjadi tahu. Belajar dapat juga diartikan sebagai ”suatu usaha
atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,
mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya”.
Menurut
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tentang Anak Usia Dini ialah
anak sejak lahir sampai usia enam tahun. Rentang usia anak usia dini menurut
undang-undang ini berada pada rentang usia lahir sampai usia taman kanak-kanak.
Serta menurut National Association for the Education of Young Children
(NAEYC) Asosiasi para pendidik anak yang berpusat di Amerika ini mendefenisikan
rentang usia berdasaran perkembangan hasil penelitian di bidang psikologi
perkembangan anak yang mengindikasikan bahwa terdapat pola umum yang dapat
diprediksi menyangkut perkembangan yang terjadi selama 8 tahun pertama
kehidupan anak.
Anak
Usia Dini (AUD) adalah periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang
rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini
ditandai dengan berbagai periode penting yang fundamental dalam kehidupan anak
selanjunya sampai periode akhir perkembangannya.
Periode
golden age adalah julukan yang paling penting dalam kehidupan anak usia
dini, karena golden age adalah periode di mana anak usia dini tengah tumbuh dan berkembang, berjalan mengikuti hukum perkembangan artinya secara manusia bekembang
mulai dari janin, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan tua. Kecepatan
perkembangannya berbeda-beda, mulai dari cepat, stabil, melambat, dan berhenti.
Setiap anak dilahirkan dengan potensi berbeda-beda dan terwujud karena
interaksi yang dinamis antara keunikan individu anak dan adanya pengaruh
lingkungan. Karakteristik anak usia dini ialah sebagai berikutnya:
1.
Anak bersifat egosentris
2.
Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
3.
Anak kaya imajinasi dan fantasi
4.
Anak memiliki daya konsentrasi pendek
5.
Anak bersifat unik
Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang berfungsi
untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani, serta perkembangan kejiwaan peserta didik yang
dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan keluarganya. Pada usia dini
berbagai pertumbuhan dan perkembangan mulai dan sedang berlangsung, seperti
perkembangan biologis, bahasa, motorik, kognitif. Perkembangan ini akan menjadi
dasar bagi perkembangan anak selanjutnya.
Anak didik menduduki posisi penting dan menjadi acuan utama
dalam pemilihan pendekatan, model, dan metode pembelajaran. Hal yang perlu
diingat dari sisi anak PAUD adalah, bukan hanya sekedar mempersiapkan anak
untuk bisa masuk sekolah dasar, fungsi PAUD yang sebenarnya yaitu untuk
membantu mengembangkan semua potensi anak
(fisik, bahasa, intelektual/kognitif, emosi, sosial, moral dan agama)
dan meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya
cipta untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya.
Dalam sebuah pembelajaran diperlukan adanya metode
pembelajaran yang tepat. Salah satunya adalah metode bercerita ( story
telling), anak sangat menyukai cerita sebab pada masa itu anak sangat
menyukai hal-hal baru diantaranya mendengarkan cerita, dan metode story
telling sudah terbukti mampu memberikan pemahaman kepada anak-anak dengan
mudah. Sebagaimana yang dilakukan oleh manusia yang paling mulia, Rasulullah
Muhammad SAW, di saat Beliau memberikan pengajaran kepada anak didiknya.
Dalam pembelajaran anak
usia dini cerita merupakan salah satu metode Pembelajaran yang harus digunakan
guna mencapai tujuan pembelajaran. Cerita adalah suatu seni dalam menyampaikan
ilmu, pesan, nasehat, baik lisan maupun tulisan kepada orang lain yang sebagian
bahannya berdasarkan fakta.
Cerita mempunyai tujuan yaitu menyampaikan pesan-pesan moral tanpa berkesan
mengurai atau memaksakan pendapat.
Metode bercerita (story
telling) salah satu metode yang efektif untuk pembelajaran. Metode ini
disukai oleh anak-anak, remaja, bahkan orang yang sudah tua sekalipun. Selain
memberikan pengetahuan dan contoh teladan yang bisa diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari, dan cerita juga sangat menghibur.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam bercerita atau story telling antara lain: diawali
dengan doa, posisi yang pas saat bercerita, suara, penguasaan materi cerita,
penjiwaan terhadap cerita yang mau diceritakan kepada anak, gerakan tubuh dalam
bercerita, tangan tidak memenggang apa-apa kecuali alat peraga, tidak memutus cerita
dengan teguran, tidak tergesa-gesa dan menggunakan kata-kata yang dimengerti anak
serta yang terakhir ikhlas dan bersyukur.
Dalam metode bercerita
salah satu tujuannya adalah memudahkan anak dalam berbahasa maka diprediksi
oleh para ahli etimologi bahwa bahasa memiliki umur yang sama dengan umur bumi.
Ketika kehidupan mulai muncul, seiring itu pula kehidupan bahasa mulai ada.
Pada dasarnya bahasa merupakan media seseorang untuk menyampaikan maksud dan
keinginannya kepada lawan bicara, berupa bahasa tubuh atau hanya gerakan
tangan, mulai dari bahasa isyarat sampai dengan yang lainnya. Dengan demikian
dalam bercerita yang menjadi tujuannya salah satunya tercapainya perkembangan
bahasa pada anak usia dini.
Perkembangan merupakan
perubahan yang bersifat progresif yaitu menuju ketahap yang lebih tinggi, lebih
besar, lebih baik dari seluruh aspek kepribadian. Perkembangan anak cepat
sekali, sebelum mereka masuk sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar, yaitu
antara umur 3-6 tahun. Dalam tahun-tahun ini, mereka mulai menggunakan
keterampilan fisik untuk mencapai tujuan. Secara kognitif mereka mulai
berkembang dan mengerti sekolah dari hubungan mereka dengan dunia sekitar. Pada
umur 6 tahun anak-anak dapat berbicara hampir sempurna, tidak hanya menggukapkan keinginannya dan kebutuhannya,
tetapi juga menyampaikan ide-ide dan pengalaman-pengelaman mereka.
Perkembangan bahasa pada
anak tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa didukung aktif oleh orang tua
dan pendidik. Selain ibu, peran ayah pun juga sangat dibutuhkan dalam masa
perkembangan bahasa anak. Ayah juga harus menjadi teladan yang baik bagi
anaknya, yaitu dalam mengucapkan atau berkomunikasi dengan mengucapkan
kata-kata yang penuh ilmu dan tuntunan agama, tidak kasar, dan tidak membentak.
Jika orang tua dan pendidik bekerja sama dengan baik dalam memberikan teladan
yang positif pada anak dalam masa-masa perkembangannya baik fisik maupun mental
maka anak kelak akan tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang mulia budi
pekertinya dan santun budi bahasanya.
Anak usia dini mempunyai
keunikan yang harus diketahui dan dipahami oleh pendidik, agar tercapailah
salah satu tujuan pembelajaran. Dalam kehidupan anak usia dini banyak
perkembangan yang terjadi pada mereka karena anak usia dini mempunyai kehidupan
yang luar biasa dan masa yang tidak pernah bisa diulang kembali. Dengan
demikian sebagai pendidik harus menggunakan metode yang tepat kepada anak didik
agar terciptalah generasi-generasi yang cerdas. Dan anak usia dini bisa
memahami bagaimana bahasa yang bagus dengan cara pendidik menggunakan metode yang sesuai
dengan perkembangan bahasa anak tersebut.
Perkembangan anak
tersebut sangat dipengaruhi dengan bagaimana kondisi mereka di sekolah salah
satunya, dengan guru harus menggunakan metode yang benar untuk menunjang
perkembangan anak usia dini. Dengan
demikian kehidupan sekarang dan untuk masa depan pada anak usia dini akan
berjalan dengan baik sesuai dengan perkembangan anak usia dini.
Dalam kehidupan anak usia dini, bahasa sangat penting karena bahasa adalah penyampaian informasi dan alat komunikasi antara satu dengan yang lain. Begitu halnya di RA REY Padang Panjang. Guru harus berusaha melakukan segala upaya untuk dapat mengembangkan bahasa anak. Salah satu upaya yang dilakukan guru untuk memperbaiki dan mengembangkan bahasa anak adalah dengan menggunakan metode story telling. Dimana sebelumnya guru hanya menggunakan metode ceramah saja. Penulis merasa penerapan metode story telling yang dilakukan guru di RA REY Diniyyah Puteri Padangpanjang perlu diteliti pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa anak, apakah metode ini benar-benar bisa mengembangkan bahasa anak di RA REY Diniyyah Puteri Padangpanjang .
METODE
Penelitian ini dilakukan kepada siswa di RA REY Diniyyah Puteri, jalan Abdul Hamid Hakim
Nomor 30 Padangpanjang
Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan pada semester 1 tahun pelajaran
2018/2019. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini dari bulan Oktober 2018
sampai Desember 2018.
Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang
pengumpulan datanya dilakukan di lapangan dengan lokasi di RA REY Diniyyah Puteri, jalan Abdul Hamid Hakim
Nomor 30 Padang Panjang Sumatera Barat. Dalam penelitian ini digunakan
penelitian diskriptif, yaitu salah satu jenis peneltian kualitatif
yang bertujuan
mendeskripsikan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba menggambarkan fenomena
secara detail.
Jadi dalam
penelitian ini penulis memakai metode yang bersifat deskriptif kualitatif
yaitu menggambarkan keadaan objek yang diteliti sebagaimana adanya, sesuai
data yang didapatkan di lapangan. Metode deskriptif kualitatif yaitu
suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan objek
penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya tanpa
bermaksud mengkomparasikan atau membandingkan.
Sumber data adalah subyek dari
mana data penelitian diperoleh. Subyek yang dimaksud penulis dalam penelitian
ini adalah sumber yang memberikan keterangan penelitian atau data. Dalam
penelitian ini yang akan menjadi sumber data adalah:
1. Sumber
data primer
Kepala
sekolah di RA REY Diniyyah Puteri, jalan
Abdul Hamid Hakim Nomor 30 Padang Panjang Sumatera Barat
2. Sumber
data sekunder
Guru-guru
di RA REY Diniyyah Puteri, jalan Abdul
Hamid Hakim Nomor 30 Padang Panjang Sumatera Barat.
Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.
1. Observasi
Observasi
penulis lakukan dalam penelitian ini untuk melihat penerapan metode story
telling dalam mengembangkan bahasa anak di RA REY Diniyyah Puteri Padang
Panjang. Observasi ini dilakukan disaat terjadi proses pelajar mengajar oleh
guru. Metode
story telling yang digunakan oleh setiap kelas dalam setiap
minggunya. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai penerapan metode story
telling dalam mengembangkan bahasa anak di RA REY Diniyyah Puteri Padang
Panjang.
2.
Wawancara
Wawancara
yang dilakukan dalm penelitian ini adalah dengan menanyakan
kepada guru bagaimana proses pembelajaran dan bagaimana perkembangan bahasa
anak setelah dan sebelum digunakannya metode story
telling di sekolah tersebut.
3. Dokumentasi
Dalam penulisan ini, penulis memerlukan berbagai dokumen, di antaranya adalah program pengajaran dalam bentuk RKM, RKH, data guru, data siswa, dan foto-foto kegiatan pembelajaran Metode Story Telling yang diambil penulis selama penelitian mengetahui data mengenai penerapan metode story telling untuk pengembangan bahasa pada anak dan fasilitas yang digunakan dalam kegiatan tersebut.
HASIl
Perencanaan Metode story telling (bercerita) Dalam Mengembangkan
Bahasa Anak
Perencanaan dalam penerapan metode story telling
(bercerita) Ddalam mengembangkan bahasa pada anak di RA REY Diniyyah Puteri,
diantaranya dengan mengembangkan kurikulum, pembuatan kerja tahunan, rencana
kegiatan mingguan (RKM), rencana kegiatan harian (RKH).
Dalam perencanaan untuk metode story telling
(bercerita) seperti berikut ini:
1. Membaca langsung dari buku cerita.
2. Bercerita dengan menggunakan ilutrasi gambar dari buku.
3. Bercerita dengan metode dongeng
4. Bercerita dengan menggunakan papan flanel
5. Bercerita dengan menggunakan media boneka
6. Dramatisasi cerita
7. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan
Dalam persiapan dalam membawakan
cerita yang harus diperhatikan dan disiapkan oleh guru yaitu sebagai berikut :
1. Persiapan pengambilan judul/tema, judul jangan terlalu panjang, judul
harus menarik dan disenangi anak .
2. Pendahuluan berisi pengenalan nama karakter serta pengalaman hidup para
pelaku, memberikan gambaran suasana cerita yang akan disampaikan.
3. Isi cerita harus didukung dengan mimik wajah, intonasi suara.
4. Penutup cerita berisi kesimpulan dari cerita yang disampaikan.
Perencanaan dalam mengembangkan bahasa pada anak yaitu
menyiapkan indikator perkembangan bahasa pada anak didik seperti berikut ini:
Lingkup Perkembangan Bahasa |
Tingkat Pencapaian Perkembangan |
Usia 5-6 Tahun |
|
a.
Menerima Bahasa |
1.
Mengerti beberapa perintah secara bersamaan. 2.
Mengulang kalimat yang lebih kompleks. 3.
Memahami aturan dalam suatu permainan. |
b.
Mengungkapkan Bahasa |
1.
Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks. 2.
Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama. 3.
Berkomunikasi secara lisan, memiliki pembendaharaan kata,
serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung. 4.
Menyusun kalimat sederhana salam struktur lengkap (pokok
kalimat predikat keterangan) 5.
Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide
pada orang lain. 6.
Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah
diperdengarkan. |
Dalam tahap perencanaan
yang dilakukan guru adalah menjalankan kurikulum PAUD, kemudian dikembangkan
menjadi program kerja tahunan. Untuk memudahkan guru dalam proses belajar
mengajar maka diuraikan kembali dalam bentuk RKM (Rangakaian Kegiatan
Mingguan), RKH (Rangkaian Kegiatan Harian) yang akan digunakan guru dalam
pembelajaran sesuai dengan indikator perkembangan bahasa pada anak dengan
memperhatikan semua aspek perkembangan anak didik.
Berdasarkan wawancara penulis di atas dapat dipahami bahwa
perencanaan dalam metode story
telling (bercerita) ini sudah cukup baik karena sudah terstruktur dalam
bentuk Rangkaian Kegiatan Mingguan, Rangkaian Kegiatan Harian yang di ambil
dari kurikulum yang sesuai dengan tahap perkembangan bahasa pada anak. Sebelum
kegiatan dimulai guru-guru menyiapkan media seperti, buku cerita, boneka
tangan, dan media yang berhubungan dengan tema pada hari itu, yang digunakan
dalam kegiatan bercerita tersebut. Dalam perencanaan agar tujuan pembelajaran
dalam tahap perkembangan bahasa anak harus melibatkan guru lain dalam menunjang
kegiatan bercerita seperti, berbagi buku cerita, berbagi pengalaman dan
lain-lain. Dengan demikian maka pelaksanaan metode story telling
(bercerita) bisa berjalan dengan baik
karena sudah adanya perencanaan awal sebelum pembelajaran. Penulis juga melihat
langsung guru membuat RKM (Rangakain
Kengiatan Mingguan) dan RKH (Rangakaian Kegiatan Harian), yang akan digunakan
untuk pedoman dalam pembelajaran terutama dalam metode bercerita.
Dengan demikian metode story telling dapat
mengembangkan bahasa anak karena terbukti dengan adanya perubahan bahasa pada
anak seperti yang diuraikan oleh ibu Hanim seperti berikut ini:
Setelah diterapkan metode
bercerita ini, anak-anak banyak perubahan mulai dari berkata sopan, bersikap.
Terdapat perubahan misalnya di saat mereka menggantri makan, atau bergantian dalam bermain. Anak-anak
langsung bersikap sabar dan tenang disaat mengantri. Kalau
dalam bentuk bahasa, anak mendapat kosa kata baru setelah adanya metode ini dan
anak lebih sopan berbicara dengan guru, teman dan orang tuanya.
Dari uraian di atas penulis juga menemukan dan melihat adanya perubahan bahasa pada anak setelah diterapkannya metode story telling ini membawa dampak baik bagi anak seperti, bahasa anak sudah terstruktur walaupun belum semuanya. Kemudian penulis melihat adanya perubahan sikap pada anak misalnya lebih menyanyangi tumbuhan seperti bunga yang ada di depan kelas, biasanya anak-anak suka mengambilnya tetapi dengan adanya contoh dari cerita kita harus menyanyangi tumbuhan jadi anak tahu kalau mereka harus merawan tanaman dan tumbuhan.
Pelaksanaan Metode Story Telling Dalam Mengembangkan Bahasa Anak
Pelaksanaan metode story telling (bercerita) akan
berjalan dengan baik harus memiliki pedoman dalam pelaksanaannya seperti
terdapat dalam RKH (Rangkaian Kegiatan Harian) yang dibuat lansung oleh
guru sebagaimana terlampir.
Metode story telling (bercerita) dilaksanakan minimal
satu kali dalam seminggu. Untuk pelaksanaan metode bercerita ada beberapa tips
bercerita seperti berikut ini :
1.
Diawali dengan doa.
2.
Posisi atau tempat ketika dan bercerita.
3.
Suara.
4.
Penguasaan materi.
5.
Penjiwaan.
6.
Gerakan.
7.
Tangan tidak memegang apa-apa ( kecuali media atau alat
peraga).
8.
Tidak memutus cerita dengan teguran.
9.
Tidak tergesa-gesa
10.
Mengunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh anak.
11.
Ikhlas dan bersyukur.
Pelaksanaan metode story telling (bercerita) adalah
salah satu cara menyampaikan cerita dengan media yang sesuai dengan isi cerita
yang ingin disampaikan, dan mempunyai tujuan agar anak dapat mengambil
pelajaran dari cerita yang disampaikan oleh guru di kelas. Ada beberapa
bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam metode bercerita ini, yaitu
bercerita dengan menggunakan alat peraga dengan menggunakan ilustrasi gambar
misalnya seperti berikut:
a.
Tema :
binatang
b.
Judul cerita : cerita
hiu dan kera
c.
Bidang kemampuan yang diharapkan :
1.
Kompetensi dasar :anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki
pendaharaan kata dan menggenal simbol yang melambangkannya.
2.
Hasil belajar : dapat
mendengarkan dan memahami kata dan kalimat sederhana.
3.
Indikator : mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi
cerita secara sederhana. Dalam kurikulum ini, indikator yang digunakan terdapat
pada indikator yang kelima.
d.
Kegiatan
Langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan bercerita :
1.
Dengan bimbingan guru anak mengatur posisi duduknya.
2.
Anak memperhatikan guru pada saat menyiapkan alat peraga.
3.
Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita.
4.
Guru mulai bercerita.
e.
Judul cerita: cerita hiu dan kera
Di sebuah hutan ada
seekor kera yang tinggal di sebuah pohon besar, pohon itu berada di pinggir
laut. Sang kera mempunyai teman seekor hiu besar yang hidup di laut. Sang hiu
selalu datang ke bawah pohon besar itu setiap hari, ketika sang hiu datang sang
kera selalu bercerita tentang apa yang terjadi di dataran. Pada suatu hari ikan
hiu berkata pada kera “silakan datang ke rumahku. Aku akan senang sekali
memperkenalkan kau pada keluargaku. Aku sering menceritakan kamu pada
keluargaku dan mereka selalu berharap kamu datang ke rumah kami.
f.
Evaluasi setelah bercerita
1.
Setelah selesai bercerita guru memberikan kesimpulan tentang
cerita yang disampaikan.
2.
Guru memberikan penekanan pada kata-akata yang penting dalam
cerita.
Dari penjelasan di atas bahwa pelaksanaan metode story
telling (bercerita) sudah dilaksanakan dengan baik di RA REY Diniyyah
Puteri Padang Panjang, seperti yang disampaikan oleh Ibu Hanim mengenai
pelaksanaan metode story telling di kelas, sebagai berikut:
Sebelum guru bercerita,
guru melakukan persiapan untuk kegiatan bercerita seperti, menyiapkan media
yang mendukung tema cerita yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Dalam
hal ini yang lebih sering digunakan guru untuk bercerita di antaranya, buku
cerita bergambar, atau hanya gambar saja yang berhubungan dengan tema cerita
yang akan disampaikan kepada anak.
Dalam pelaksanaannya Ibu Yanti sebagai kepala sekolah juga
menyampaikan bentuk pelaksanaan penerapan metode story telling
(bercerita) ini sebagai berikut:
Agar metode story
telling berdampak terhadap perkembangan bahasa anak maka dalam bercerita
guru harus memperhatikan kata yang baik, sopan, serta mudah dipahami anak.
Dalam pelaksanaannya juga membawa dampak perbaikan bahasa pada anak, seperti
bahasa anak sopan, baik dan bisa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dalam pelakasanaannya peneliti juga melihat langsung
bagaimana pelaksanaan metode story telling ini berlangsung. Pada awal
kegiatan guru memulainya dengan doa, kemudian guru mengatur posisi duduk anak,
dan untuk pembukaan guru duduk di atas kursi kecil di depan anak atau guru
duduk di lantai tapi menghadap ke anak. Kalau guru menggunakan buku cerita
bergambar guru mengarahkannya ke anak agar anak bisa melihat gambar yang
ada dalam buku cerita yang digunakan guru. Dengan demikian memudahkan anak
untuk memahami isi cerita walaupun anak belum bisa membaca tulisan dalam cerita
tersebut. Setelah guru bercerita dengan semangat dan anak juga mendengarkan
dengan antusias tinggi, itu membuat anak semangat untuk melanjutkan kegiatan ke
tahap berikutnya.
Di saat cerita berlangsung keantusiasan anak, penulis melihat
sangat bagus karena anak langsung aktif bertanya
dengan apa yang diceritakan guru kepada mereka. Guru yang bercerita juga bisa
menguasai cerita, menggunakan bahasa tubuhnya, dan menyampaikan dengan baik
dengan intonasi suara yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi cerita yang
disampaikan kepada anak. Dengan demikian peneliti melihat anak lebih bisa
memperhatikan gurunya bercerita dan mendengarkan gurunya dengan baik.
Sebelum pelaksanaan metode ini kita sebagai guru harus
memahami anak, mana anak yang mempunyai sifat mudah terpecah konsentrasinya
mana yang tidak, jadi memahami itu penting. Dalam pelaksanaan metode story
telling (bercerita) sudah bagus
dalam pelaksanaannya, karena guru sudah cukup memahami kondisi anak seperti
yang diuraikan salah satu guru yaitu Ibu Nabila seperti berikut:
Sebelum pelaksanaan
metode story telling guru harus memahami kondisi anak, karena anak memiliki daya
konsentrasi rendah maka guru harus bisa menguasai dan memahami anak-anak saat
bercerita langsung. Guru harus cekatan
dalam mengambil tindakan ketika menemukan anak yang uni seperti, daya
konsentrasi rendah, aktif bergerak dan lain-lainnya. Oleh sebab itu guru dan
anak harus membuat kesepakatan agar kegiatan bercerita berjalan dengan lancar
dan sesuai dengan yang kita harapkan.
Dari uraian di atas yang disampaikan oleh beberapa guru
diatas dapat dilihat bagaimana pelaksananaan metode story telling
(bercerita) di RA REY Diniyyah Puteri Padang Panjang, pelaksanaannya sudah
bagus dan guru-guru berusaha lebih baik lagi.
Dengan terlaksananya metode bercerita ini penulis juga melihat perubahan
terjadi pada perkembangan bahasa anak. Sebelum anak mendapat cerita dari
gurunya bahasa anak kurang terkontrol saat bermain dengan teman, dan saat
kegiatan lain di kelas maupun di luar kelas. Namun dengan adanya guru
bercerita tentang sifat, perilaku dan perkataan yang baik anak mulai menggunakan bahasa yang baik.
Bagi anak yang masih susah berbicara dengan adanya guru bercerita dengan
memancing anak lebih aktif, anak-anak yang pendiam menjadi lebih aktif.
Dari ungkapan yang disampaikan oleh guru-guru di atas
terdapat ada beberapa kendala dalam pelaksanaannya yaitu masih ada beberapa
guru yang belum terlalu sering menggunakan metode story telling (bercerita)
karena disebabkan mereka belum bisa, atau yang lebih sering bercerita adalah
guru kelas dibandingkan guru pendamping. Sebagaimana hasil observasi yang dilihat oleh
penulis, pelaksanaan kegiatan bercerita ini sudah bagus dan berjalan baik,
karena keantusiasan anak penulis, melihat sendiri anak didik semangat
mendengarkan guru bercerita di kelas. Guru yang bercerita juga cukup menguasai
materi cerita yang diceritakan dan guru bisa memancing rasa penasaran anak dan
melibatkan anak dalam bercerita.
Evaluasi Dari Penerapan Metode story
telling (bercerita) Dalam
Mengembangkan Bahasa Anak.
Evaluasi
penerapan metode story telling dalam mengembangkan bahasa anak sangat
penting untuk mengetahui apakah ada perubahan
bahasa pada anak tau belum. Dalam evaluasi guru harus menetapkan rancangan
penilaian kegiatan bercerita.
Kualitas keberhasilan dengan menggunakan
metode bercerita banyak dipengaruhi oleh perencanaan pelaksanaan kegiatan
bercerita yang telah di tetapkan.
Dalam rancangan kegiatan bercerita telah ditetapkan tujuan bercerita sebagai
berikut:
a. Menanamkan kepekaan dan ketanggapan terhadap
penderitaan orang lain.
b. Menanamkan kesukaan menolong orang lain.
c. Menanamkan kecintaan kepada orang lain.
Sesuai
dengan tujuan dan tema cerita yang dipilih, maka dapat dirancang penilaian
kegiatan bercerita dengan menggunakan tehnik bertanya pada akhir kegiatan
bercerita. Hal ini dapat memberikan petunjuk seberapa besar perhatian dan
tanggapan anak terhadap isi cerita. Tanggapan dan jawaban yang diberikan anak
memberi gambaran tentang contoh sikap menolong dan cinta kepada sesama.
Evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan juga memberikan penekanan dengan
mengarahkan anak untuk mengulang atau menjawab pertanyaan guru saat selesai
bercerita. Untuk lebih ringkasnya diuraikan sebagai berikut:
a.
Mengulang poin-poin penting dalam cerita di akhir kegiatan.
b.
Menanyakan kepada anak
mengenai isi cerita
c.
Melihat keaktifan anak saat berlangsung cerita
d.
Memperhatikan bahasa anak saat bermain dengan teman
e.
Mengecek metode dengan baik apakah sudah terjalankan dengan
baik
f.
Bekerja sama dengan guru jika terdapat kendala dalam
pengevaluasian.
g.
Setelah selesai bercerita guru memberikan kesimpulan tentang
cerita yang disampaikan.
h.
Guru memberikan penekanan pada kata-akata yang penting dalam
cerita.
Evaluasi
dalam penerapan metode story telling (bercerita) ini juga dilakukan oleh
kepala sekolah baik terhadap anak maupun terhadap guru seperti yang diuraikan
oleh ibu Yanti berikut:
Evaluasi yang dilakukan
berupa observasi langsung ke kelas, saya langsung melihat ke kelas bagaimana
proses bercerita yang dilakukan oleh guru dan bagaimana mengembangkan bahasa
anak di kelas, di halaman di saat mereka bermain-main dengan temannya.
Berikut ini
evaluasi dari kepala sekolah dilakukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan
bahasa anak dengan adanya penerapan metode bercerita ini seperti yang diuraikan
oleh Ibu Hanim berikut ini:
Evaluasi juga dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru
tentang bagaimana penerapan metode bercerita. Kepala sekolah bertanya dan
melihat langsung ke kelas mengenai
proses kegiatan bercerita. Kepala sekolah juga mengecek media yang digunakan oelh guru dalam bercerita dengan tujuan,
diperbaiki bagi yang rusak, diganti bagi yang tidak layak pakai. Evaluasi
pengembangan bahasa anak dilakukan dengan cara melihat anak bermain, bercerita
dengan teman. Penerapan metode bercerita ini bukan hanya mempengaruhi perkembangan
bahasa anak tapi dari sikap juga berubah, anak lebih sopan dan lebih ramah
dengan teman.
Dari uraian di atas penulis sendiri melakukan observasi
langsung terhadap guru yang
menerapkan metode story telling (bercerita) di kelas, dan bagaimana bahasa
anak setelah mereka mendapat cerita dari gurunya. Dalam keseharian mereka
anak-anak sudah memiliki bahasa yang bagus ketika bermain dengan teman di
sekolah, belajar di kelas. Penulis melihat guru sudah melakukan evaluasi terhadap penerapan
metode story telling. Evaluasi yang dilakukan guru dengan cara memperhatikan bahasa anak,
penambahan kosa kata, dan perilaku mereka. Guru bisa langsung memperhatikannya
karena guru selalu mendampingi anak bermain. Jadi evaluasi tersebut berjalan
dengan baik.
Evaluasi dari yayasan atau dari kepala sekolah juga
dilakukan seperti yang penulis lihat, Ibu Yanti sebagai kepala sekolah langsung bertanya kepada
guru-guru kelas bagaimana perkembangan bahasa anak. Kepala sekolah juga penulis
perhatikan ikut terjun ke kelas dalam mengamati atau melihat
bagaimana perkembangan bahasa anak dan bagaimana proses pembelajaran yang
dilakukan guru-guru kelas. Oleh karena itu evaluasi dalam penerapan metode story
telling dalam mengembangkan bahasa pada anak Di RA REY Diniyyah Puteri Padang
panjang sudah bagus dan guru-guru sudah mampu lebih meningkatkan kinerjanya.
DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Penerapan metode
story telling dalam mengembangkan bahasa pada anak Di RA REY Diniyyah
Puteri Padang Panjang” maka melalui penelitian ini penulis menyarankan kepada
pihak-pihak yang terkait, sebagai berikut:
Kepada Pengurus Yayasan RA REY Diniyyah Puteri Padang
Panjang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam perencanaan metode story
telling (bercerita) agar semua guru bisa melakukan metode ini, dan
memberikan pemahaman lebih banyak tentang metode story telling ini.
Perencanaan dalam bentuk media yang mendukung kegiatan bercerita lebih
ditingkatkan serta memperhatikan perencanaan pembelajaran mengenai perkembangan
bahasa anak sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak tersebut.
Kepada guru-guru yang mengajar di RA REY Diniyyah Puteri
Padang Panjang diharapkan lebih meningkatkan kemampuannya terutama dalam
penerapan metode bercerita agar tujuan pembelajaran bisa tercapai, salah
satunya meningkatkan perkembangan bahasa pada anak, dan guru diharapkan merawat
media yang sudah ada.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan
beberapa orang pengurus Yayasan RA REY Diniyyah Puteri Padang Panjang, kepala
sekolah, guru kelas dan beberapa siswa maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Penerapan metode story telling ini diawali dengan
perencanaan mulai dari menyiapkan program kerja tahunan kemudian rangkaian kegiatan mingguan
(RKM), dan rangkaian kegiatan harian (RKH) yang diambil dari
indikator-indikator perkembangan anak usia dini sesuai dengan kurikulum. Dalam
penerapan semua guru sudah menerapkan metode ini dengan maksimal. Dalam
hal penerapan untuk mengembangkan bahasa anak sudah berjalan dengan baik yaitu
berupa mencantumkan perkembangan bahasa pada setiap program yang diterapkan
atau tema cerita yang akan disampaikan.
2.
Bentuk-bentuk pelaksanaan dalam penerapan metode story
telling dalam mengembangkan bahasa anak RA REY berupa bercerita dengan
menggunakan media seperti buku bergambar, boneka jari, atau hanya gambar saja.
Di samping kegiatan di atas
guru juga menyuruh berbagai cerita dengan teman-temannya. Dalam pelaksanaannya
guru menyiapkan media yang membantu metode bercerita seperti buku yang
berhubungan dengan membantu proses belajar mengajar terutama kegiatan
bercerita. Dalam hal ini yang harus disiapkan mulai dari media, kondisi anak,
kondisi ruangan kelas, posisi guru duduk di kursi saat bercerita. Yayasan juga
menyiapkan media sebagai sarana pendukung kegiatan story telling (
bercerita).
3.
Dalam evaluasi terhadap penerapan metode story telling
ini sudah dilakukan kepala sekolah maupun guru. Kepala sekolah melakukan
observasi untuk melihat langsung bagaimana proses penerapan metode story
telling di kelas. Sedangkan evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam metode story
telling dalam hal perkembangan bahasa anak yaitu, dengan cara pertama
melihat di lapangan dan di kelas bagaimana kondisi bahasa anak, kedua
memperhatikan perkembangan bahasa anak di saat bermain. Ketiga dengan menanyakan perkembangan bahasa
anak pada orang tuanya. Untuk guru evaluasi yang dilakukan oleh guru yaitu
melakukan penegasan di akhir cerita mengenai kata-kata baru, sifat-sifat baik dan
menegaskan sifat-sifat yang kurang baik untuk tidak diikuti. Kemudian dalam
evaluasi di lapangan untuk melihat
perkembangan anak guru melakukannya dengan melihat langsung bagaimana bahasa anak saat belajar, bermain, dan di saat berbicara dengan
teman.
4. Faktor pendukung dari penerapan metode story telling ini di RA REY Diniyyah Puteri Padangpanjang ini adalah, guru sudah memahami metode story telling, guru saling bekerja sama dalam berbagi buku cerita baru, guru saling bertukar informasi baru tentang perkembangan bahasa anak, dan media-media yang digunakan dalam metode story telling ini sudah ada dan sudah digunakan semaksimal mungkin. Sementara faktor penghabat dari penerapan strategi story telling dalam mengembangkan bahasa anak di RA REY Diniyyah Puteri Padangpanjang adalah kurangnya perawatan dari media yang sudah ada, masih adanya guru yang masih malas menggunakan metode ini dengan alasan kurang mengerti, kurangnya pengawasan dari beberapa guru dalam memperhatikan perkembangan bahasa anak, serta kurangnya kerja sama orang tua dalam menyampaikan informasi mengenai perkembangan anak di rumah terutama mengenai bahasa anak di rumah dengan alasan orang tua sibuk, sehingga menemui guru atau bertukar informasi jarang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar., (2003), Pendidikan
Anak Usia Dini, Bandung: Alfabeta.
Abdul, Muhammad Latif.,
(2012), The Miracle Of Story Telling, Jakarta
: Zikrul.
., (2014), Mendongeng mudah &
menyenangkan, Jakarta
: Luxima
Ahmadi, Abu dkk., (2005),
Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rinika
Arsyad, Azhar., (2011), Media
Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers.
Ardy, Novan Wiyani.,
(2014), Psikologi Perkembangan Aud, Yogyakarta
: Gava Media.
Alfiyatul, Lily Jannah., (2013), Kesalahan-Kesalahan Guru Paud
Yang Sering Dianggap Sepele, Jogjakarta: Divapress.
Agung, Iskandar., (2010), Meningkatkan Kretivitas Pembelajaran Bagi
Guru, Jakarta: Bestari Muara Murni.
Chatib, Munif., (2012), Sekolah
Anak-Anak Juara, Bandung: Kaifa
., (2012), Sekolahnya Manusia,
Bandung: Kaifa.
Cowley, Sue., (2010), Panduan
Manajemen Prilaku Siswa, Jakara
: Erlanga.
Devi, Shakuntala.,
(2002), Bangunkan Kejeniusan Anak Anda, Bandung
: Nuasa.
Esti, Sri Wahyuni
Djiwandono., (2006), Psikologi Pendidikan, Jakarta
: Grasindo.
Emzir., (2003), Metodologi
Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers.
Fudyartanta, Ki., (2012), Psikologi Perkembangan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Halim, Abdul Hanafi., (2010), Metodologi Penelitian Kependidikan, Padang Stain Batu Sngkar: Stain Batu Sangkar
Press.
Hanafiah, Nanang Dkk., (2012), Konsep Strategi Pembelajaran,
Bandung: Refika Aditama.
Hadeli., (2001), Metode
Penelitian Kependidikan, Padang: Baitul Hikmah.
Idris,Meity., (2014), Meningkatkan Kecerdasan Anak Usia Dini Melalui
Mendongeng, Jakarta: Luxima
W.santrock, John.,(2007), perkembangan
anak. Edisi kesebelas jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
IAIN Imam Bonjol Padang, (2014), Pedoman
penulisan Karya Ilmiah,Padang.
Latif, Mukhtar Dkk., (2013), Orientasi Baru Pendidikan Usia Dini,
Jakarta: Kencana.
Masnipal, (2013), Siap Menjadi Guru Dan Pengelola PAUD Profesional,
Jakarta: PT Elex Media Koputindo.
Moeslichatoen., (2004) Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak, Jakarta:
Rinika Cipta.
Musfiroh, Tadkiroatun., (2008), Pengembangan Kecerdasan Majmuk,
Jakarta: Universitas Terbuka.
Moleong, Lexy J., (2006), Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet.ke-22.
Mudzakir, Ahmad Sutrisno Joko., (1998),
Psikologi Pendidikan, Bandung: CV.Pustaka Setia.
Riduwan., (2005), Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan
Peneliti Pemula, Bandung: Alfabeta.
., ( 2010), Metode Dan
Tehnik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta.
Suryana, Dadan., (2013), Pendidikan
Anak Usia Dini, Padang: Unp Press.
Syaodih, Nana Sukmadinata., (2005), Landasan Psikologi Proses
Pendiidikan, Bandung: Rosdakarya.
Sugiyono., (2013), Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, Dan Disertasi,
Bandung: Alfabeta.
Syah, Muhibbin., (2010), Psikologi
Pendidikan, Bandung: Rosda.
Subagyo, Joko,(1993), Metode Penelitian: dalam Teori dan Praktik, Jakarta:Rineka
Cipta.
Suhasimi, Arikunto.,
(2006), Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Suyadi., (2014), Teori
Pembelajaran Aud, Bandung: Rosda.
Tilar., (2010), Media
Pembelajaran Aktif, Bandung: Seri Pencerdasan.
Tafsir,Ahmad.,(2007), Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung:
Rosada Karya.
Tohirin., (2005),Psikologi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Ulwan,Nashih Abdullah., (2007), Pendidikan Anak Dalam Islam,
Jakarta: Pustaka Amani
Umar, Asef Fakhruddin., (2010), Sukses Menjadi Guru Tk-Paud,
Jogjakarta: Bening.
Hamid Patilima, (2011), Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:
Alfabeta.
Yunsirno., (2010), Keajaiban
Belajar, Pontianak: Jenius.
Zarman,Wendi., (2012), Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah Itu
Mudah&Lebih Efektif, Jakarta: Kdt.
Zar,Sirajuddin Dkk., (2010), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,
Sumatera Barat: Kopertais Wilayah Vi.
., (2010), Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah, Sumatera Barat: Kopertais Wilayah.
Posting Komentar
0 Komentar
Mari Berdiskusi Tentang Topik Ini