CRITICAL BOOK REPORT
Format Penulisan Critical Book Report Dr. Mardianto - CBR UNIMED
Format Penulisan Critical Book Report Dr. Mardianto
Contoh CBR (Critical Book Report) UNIMED
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang CBR
Psikologi pendidikan sampai saat ini dirasakan sangat penting kehadirannya dirasakan bagi tenaga pendidik terlebih baik calon pendidik di lembaga kependidikan. Dengan dasar tersebut kehadiran literatur-literatur yang menyangkut bidang psikologi dan pendidikan tetap diharapkan memperkaya khazanah pengetahuan kependidikan.
Secara akademis psikologi pendidikan sebagai mata kuliah diharapkan mampu memberikan muatan teori dan keterampilan bagi mahasiswa yang mempelajarinya agar lebih menguasai bidang kependidikan. Secara keilmuan Psikologi Pendidikan diharapkan tidak sekedar pengembangan mata kuliah ilmu-ilmu pendidikan di lembaga kependidikan, akan tetapi menjadi dasar bagi upaya pembinaan dan pengembangan profesi keguruan baik sebagai disiplin ilmu maupun sebagai satu keterampilan.
Psikologi belajar terdiri dari dua penggalan kata yaitu psikologi dan belajar. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Dengan demikian secara harpiah psikologi dapat diartikan ilmu jiwa.
Namun tidaklah sesederhana itu untuk mengartikan psikologi, karena setiap orang pasti mempunyai persepsi yang berbeda jika ditanya tentang jiwa. Karena keberadaannya yang abstrak, yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra. Oleh karena itu para ahli saling berbeda dalam menentukan defenisi psycologi.
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang merupakan cabang dari Psikologi yang kajiannya dikhususkan pada masalah belajar, maka psikologi belajar memiliki ruang lingkup disekitar masalah belajar saja. Jangan bingung bila ruang lingkup psikologi belajar terdapat juga dalam kajian psikologi pendidikan. Karena memang psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan (applied science) berusaha menerangkan masalah belajar menurut prinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai tingkah laku manusia yang telah ditentukan secara ilmiah. Karenanya masalah belajar mendapat sorotan yang besar dalam psikologi pendidikan.
Psikologi belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga pokok bahasan yaitu masalah belajar, proses belajar dan situasi belajar.
b. Tujuan CBR
Penyusunan makalah ini khusus ditujukan untuk
• memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, yaitu mengkritik buku yang berkaitan dengan materi ajar
• memahami dan menguasai cara mengkritik buku.
• mencari dan menemukan kelebihan dan kekurangan dari buku yang diidentifikasikan.
• Dapat lebih mendalami mengenai psikologi pendidikan dan psikologi belajar yang dibahas sebagai materi dalam mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan
• memberi masukan kepada buku tersebut, dan menjadikannya menjadi lebih baik untuk kedepannya.
c. Manfaat CBR
Dengan mengkritik buku “Psikologi Pendidikan” dan “Psikologi Belajar” ini berarti sudah memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, yaitu mengkritik buku yang berkaitan dengan bahan ajar. Selain itu,dapat memahami dan menguasai cara mengkritik buku, mencari dan menemukan kelebihan dan kekurangan dari buku yang diidentifikasikan. Serta dapat memberi masukan kepada buku tersebut, dan menjadikannya menjadi lebih baik untuk kedepannya, dapat mengasah intelektual karena dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan buku “Psikologi Pendidikan” dan “Psikologi Belajar”. Dapat lebih mendalami mengenai materi Psikologi Pendidikan. Selanjutnya, memahami secara mendalam isi buku yang dikritik sehingga tidak mudah lupa dan dapat dijadikan sebagai bahan diskusi.
BAB II
ISI BUKU
IDENTITAS ISI BUKU
Buku Utama
Judul Buku : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Nama Pengarang : Dr.MARDIANTO,M.Pd
Kota Terbit : MEDAN
Penerbit : PERDANA PUBLISHING
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Halaman : 268 halaman
ISBD : 978-602-8935-64-7
Tujuan kehadiran buku ini agar pembaca memiliki media pengkayaan tentang kejiwaan dan tingkah laku manusia khususnya peserta didik yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Untuk itu ada tiga semangat yang menjadi ruh penyusunan buku ini yakni : pertama, diharapkan dengan buku ini pembaca lebih mudah mengkomplikasi teori-teori psikologi pendidikan dengan pengalaman lapangan untuk bahan mengikuti perkuliahan. Kedua, dengan buku ini pembaca lebih terpacu untuk menelusuri sumber bacaan yang lebih luas dan mendalam. Ketiga, kehadiran buku ini juga menjadi upaya memperkaya khazanah tulisan ilmiah bagi dunia kependidikan.
Buku ini terdiri atas sebelas bab, masing-masing tiap bab membahas hal-hal yang berbeda. Adapun isi dari tiap bab pada buku ini ialah:
1. Bab 1 membahas tentang Pendahuluan
2. Bab 2 membahas tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
3. Bab 3 membahas tentang Belajar dan Pembelajaran
4. Bab 4 membahas tentang Teori-teori Belajar
5. Bab 5 membahas tentang Kemampuan dan Inteligensi
6. Bab 6 membahas tentang Kecerdasan Jamak
7. Bab 7 membahas tentang Kecakapan Berbahasa
8. Bab 8 membahas tentang Dimensi Kreatifitas dalam Psikologi Pendidikan
9. Bab 9 membahas tentang Peran Motivasi dalam Pembelajaran
10. Bab 10 membahas tentang Kesulitan Belajar
11. Bab 11 membahas tentang Pendidikan Kepribadian
Buku Pembanding
Judul Buku : PSIKOLOGI BELAJAR
Nama Pengarang : MUHIBBIN SYAH
Kota Terbit : JAKARTA
Penerbit : RAJAWALI PERS
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : 255 halaman
ISBD : 979-421-933-9
RINGKASAN ISI BUKU
Ringkasan buku utama setiap bab yaitu :
Bab I
PENDAHULUAN
Pengertian dan definisi psikologi pendidikan dapat dilihat dari dua sudut yakni etimologi dan terminologi. Menurut etimologi psikologi pendidikan dijabarkan dalam dua kata yakni “psikologi” dan “pendidikan”. Psikologi merupakan hasil peng-Indonesia-an dari bahasa Inggris “Psychology”. Istilah “Psychology” sendiri berasal dari bahasa Yunani “Psyche”, yang artinya roh, jiwa taudaya hidup, dan “logis” yang dapat diartikan ilmu. Secara terminologi (istilah) maka psikologi berarti jiwa atau ilmu yang mempelajari atau menyelidiki pernyataan-pernyataan (A.Sujanto,1985:1).
Pendidikan berasal dari kata didik dalam bahasa Indonesia yang juga hasil dari transeletasi peng-Indonesia-an dari bahasa Yunani yaitu “Peadagogie”. Etimologi kata Peagogie adalah “pais” yang artinya “Anak”, dan “again” yang terjemahannya adalah “bimbing”. Jadi terjemahan bebas kata peadagogie berarti “bimbingan yang diberikan kepada anak”.
Untuk sedikitnya ada tiga hal penting yang harus dijelaskan dari pengertian Psikologi Pendidikan yakni:
1. Psikologi Pendidikan adalah pengetahuan kependidikan yang didasarkan atas hasil-hasil temuan riset psikologi
2. Hasil-hasil riset psikologi riset psikologi tersebut kemudian dirumuskan sehingga menjadi konsep-konsep, teori-teori, dan metode-metode serta strategi-strategi yang utuh.
3. Konsep, teori, metode dan strategi tersebut kemudian disistemasikan hingga menjadi “repertoire of resources”, yakni rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang dapat dipilih dan digunakan untuk praktik-praktik kependidikan khususnya dalam hal belajar mengajar.
Psikologi pendidikan yang membidangi kajian praktis tentang kependidikan memiliki kapling yang spesifik yakni objek yang terbagi dua yaitu objek materia (penghayatan tingkah laku manusia) dan objek forma (studi tentang human behavior dan human relanship dalam bidang atau sudut tinjauan kependidikan); metode (metode observasi, metode eksperimen dan tes, metode kuestioner dan interview, metode studi kasus, metode sosiometri, serta metode statistik); dan sistematika.
Untuk mengetahui kedudukan dan hubungan satu disiplin ilmu seperti Psikologi Pendidikan, maka ada dua pendekatan yakni: pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Pendekatan deduktif (sistem pencabangan pengetahuan pertama sekali diawali dari induk pengetahuan filsafat yang terdiri atas tiga bidang kajian utama yakni, filsafat alam (geosentris), filsafat manusia (antroposentris) danfilsafat Tuhan (theosentris); pendekatan deduktif yaitu pendekatan yang lebih mengarah kepada fungsi praktis sekaligus menjabarkan bahwa perbedaan antara ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan hanyalah perbedaan pada tekanan.
Pendidikan adalah sebuah proses yang dilakukan anak manusia untuk mempersiapkan generasi muda. Sebagai sebuah proses maka pendidikan memerlukan media, ruang dan penataan, begitu juga dengan generasi maka memerlukan pemahaman tentang manusia.
Bab II
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
Istilah pertumbuhan dan perkembangan dalam dunia psikologi dan pendidikan selalu mempunyai kaitan yang erat sekali. Istilah ini sering digunakan secara bergantian namun sebenarnya keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Sesuatu yang tumbuh adalah sesuatu yang bersifat material dan kuantitatif, sedangkan berkembang adalah suatu yang bersifat fungsional dan kualitatif.
Indikator pertumbuhan yang dapat dijadikan satu bagian dari proses kehidupan anak tampak pada tinggi badan yang terdapat pada anak. gejala pertumbuhan yang normal tentu harus diiringi oleh keseimbangan masukan gizi yang baik.
Gejala perkembangan tidak ditekankan pada segi materil, melainkan pada segi fungsional. Untuk itu, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari fungsi-fungsinya. Sementara itu fungsi-fungsi yang berkembang dalam asfek kejiwaan secara kualitatif tampak dalam sifat kejiwaan sebagai mana pendapat Wasty Soemarno, diantaranya:
a. Perhatian
Perhatian bukan merupakan fungsi melainkan modus dari fungsi. Sementara modus itu sendiri cara berfosisi dan menggerakkan. Dengan kata lain bahwa perhatian merupakan cara menggerakkan bentuk umum dan cara bergaulnya jiwa dengan bahan-bahan dalam medan tingkah laku.
b. Pengamatan
Pengamatan merupakan fungsi sensoris yang memungkinkan seseorang menangkap stimuli dari dunia nyata sebagai bahan yang dapat diamati. Pengamatan sebagai suatu fungsi primer dari jiwa dan menjadi awal dari aktivitas intelektualnya.
c. Tanggapan
Tanggapan merupakan unsur dasar dari jiwa manusia. Selain itu, tanggapan juga merupakan bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan.
d. Ingatan
Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan cara pengecaman secara aktif. Ada 3 fungsi ingatan, diantaranya : mencamkan (menangkap atau menerima kesan-kesan), menyimpan kesan-kesan dan mereproduksi kesan-kesan tersebut.
e. Fantasi
Fantasi dapat didefinisikan sebagai aktivitas imajinasi untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang telah ada dan tanggapan baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada. Fantasi terbagi 2, yakni fantasi sengaja secara pasif (yang tidak dikendalikan oleh pikiran dan kemauan) dan fantasi sengaja secara aktif (yang dikendalikan oleh pikiran dan kemauan).
f. Fikiran
Pikiran diartikan sebagai kondisi letak hubungan antara bagian pengetahuan yang ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Dalam hal ini akal berfungsi sebagai pengendali pikiran. Sementara, pengetahuan sendiri mencakup segala konsep, gagasan, dan pengertian yang telah dimiliki atau diperoleh manusia.
g. Perasaan
Perasaan dapat diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri.
h. Kemauan
Kemauan disebut juga dengan kekuatan, kehendak, yang diartikan sebgai kekuatan untuk memilih dan merealisasikan suatu tujuan.
Havighurst (dalam Hurlck,1994:10), membagi beberapa tugas perkembangan bagi sepanjang rentang kehidupan, diantaranya :
1. Masa bayi hingga awal masa kanak-kanak
2. Akhir masa kanak-kanak
3. Masa remaja
4. Masa dewasa
5. Masa usia pertengahan/dewasa madya
6. Dewasa akhir/masa tua
Kemahiran seorang anak diiringi dengan seperangkat vitalitas kehidupan baik itu jasmaniah, rohaniah maupun eksistensi. Jasmaniah artinya seperangkat fisik yang mengalami pertumbuhan, rohaniah adalah seperangkat psikis yang mengalami perkembangan, maka harus dibina dan diberi bimbingan arah kehidupan agar mampu memiliki arti kehidupan. Eksistensi artinya seperangkat nilai yang mengalami perubahan keberadaan, maka harus dikembangkan dan diarahkan agar anak mempunyai satu nilai sosial dalam lingkungannya.
Konsep psikologi tentang perkembangan anak tentunya tidak hanya didasarkan pada eksistensi lingkungan orang tua satu-satunya pemeran pembentukan pribadi anak. dalam hal ini, menurut ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas rana kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya, hanya cara dan intensitas pendayagunaan kapasitas rana kognitif tersebut masih belum jelas benar. (Muhibbin Syah.1995:65).
Jean Peaget seorang pakar psikologi terkemuka menurut penulis dianggap representatif untuk mengklasifikasikan urutan perkembangan kognitif anak, yakni :
1. Fase Sensoi Motor (umur 0-2 tahun)
2. Fase Intuitif-Pra Operasional (umur 2-7 tahun)
3. Fase Operasi-Kongkrit (umur 7-11 tahun)
4. Fase Operasi Formal (umur 11-16 tahun)
Dalam kedudukannya pada proses pendidikan, hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya. Pewarisan ini terjadi melalui proses genetis. (Wasty Soemanto, 1987:78). Itulah sebabnya maka dalam dunia pendidikan juga dibutuhkan ilmu-ilmu biologi yang memang mempunyai kaitan erat dengan psikologi pertumbuhan anak.
Dari beberapa penelitian tentang prinsip hereditas menurut catatan (Tadjab, 1994:29) bahwa ditemukan beberapa hal utama yakni : prinsip reproduksi, prinsip konformitas, prinsip variasi,dan prinsip regresi filial.
Sementara dalam pengembangan strategi pembelajaran latar belakang anak yang tumbuh dan berkembang untuk mendapatkan jati dirinya, maka strategi harus mengakomodir apakah itu dengan strategi pembelajaran individual, pembelajaran berkelompok atau juga pembelajara dengan kelas besar.
Bab III
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam semua hal, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan atau kecakapan.belajar turut dipengaruhi oleh dua faktor, antara lain faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar dan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar.
Dengan memperhatikan aktivitas yang berlangsung dalam belajar serta tahapan-tahapan perkembangan anak, Gagne mengelompokkan belajar atas 8 tipe yakni :
1. Signal Learning (belajar isyarat tanda)
2. Stimulus Response Learning
3. Chaening (mempertautkan)
4. Verbal Associateori (Chaeing Verbal)
5. Discomination Learning (belajar membedakan)
6. Concept Learning (belajar konsep)
7. Rule Learning (belajar membuat generalisasi atau hukum-hukum dan disebut juga menghubungkan beberapa konsep)
8. Problem Solving (pemecahan masalah)
Bab IV
TEORI-TEORI BELAJAR
Secara garis besar teori belajar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pembagian ini didasarkan atas pandangan belajar dalam mengenal manusia, takni pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus yang terdapat dalam lingkungan; serta pandangan kedua menganggap manusia adalah bebas untuk membuat semua kegiatan.
Tiga Teori Belajar
1. Teori Operan Conditioning (dari BF. Skinner)
BF. Skinner memandang bahwa : belajar adalah perubahan dalam prilaku yang dapat diamati dalam kondisi yang dikontrol secara baik. Ada tiga syarat terjadinya interaksi antara organisme dan lingkungannya; ketiga syarat tersebut adalah: saat respon terjadi, respon itu sendiri, dan konsekuensi penguatan respon. (Sudjana,1991:86).
2. Conditioning of Learning Robert M.Gagne
Gagne menetapkan bahwa asas belajar pada seseorang adalah kupasan terhadap berbagai performance sampai pada keterampilan yang kompleks. Untuk itu dalam asumsinya batasan belajar merupakan faktor yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan perkembangan tingkah laku itu merupakan hasil dari efek komulatif dari belajar. (Gredler,1994:183). Lima domain hasil belajar yang pernah dirumuskan Gagne adalah : keterampilan motorik, informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif, dan sikap bidang ini tidak dipelajari dengan praktek.
3. Teori Atribusi Bernard Weiner
Bernard Weiner seorang tokoh teori-teori psikologi pendidikan mencoba menggali pemikiran di atas, menurut beliau bahwa, apabila siswa telah mendapat informasi tentang apa yang telah dilakukannya (informasi umpan balik), maka hal itu akan mempengaruhi kegiatan belajar berikutnya. Informasi umpan balik dapat menjadi nilai positif bila siswa menganggapnya itu adalah pemicu prestasi berikutnya, tetapi bukan tidak mungkin justru menjadi negatif bila siswa menganggap ini adalah nasib yang tidak mungkin diubah.
Bab V
KEMAMPUAN DAN INTELEGENSI
Diketahui bahwa pendidikan dan pengajaran adalah upaya membina prilaku anak dengan cara interaksi antara individu dengan lingkungannya. Berapa faktor yang turut mempengaruhi interaksi ini adalah sebagai berikut :
1. Kesiapan (readines) yaitu kapasiti baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu
2. Motivasi
3. Tujuan yang ingin dicapai
Ada tujuh bagian utama tingkah laku penting yang harus diketahui untuk kepentingan proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:
1. Motivasi
2. Perhatian
3. Ingatan
4. Fantasi
5. Berfikir
6. Perasaan
7. Bakat
Rana kognitif bertujuan pada orientasi kemampuan “berfikir” mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu “mengingat” sampai pada satu kemampuan untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini Binyamin S.Bloom membagi rana kognitif menjadi enam bagian utama, yaitu:
1. Knowladge
2. Comprehension
3. Application
4. Analysis
5. Synthesis
6. Evaluation
Rana afektif lebih dikenal pada rana yang berorientasi pada rasa atau kesadaran. Banyak dikalangan para ahli menginterpretasikan rana afektif menjadi sikap, nilai sikap yang diartikan tentu akan berpengaruh pada penyusunan tujuan instruksional yang akan ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Adapun ciri dari organisasi rana afektif adalah lebih mengorientasikan pada nilai-nilai, norma-norma untuk diinternalisasikan dalam sistem kerja pribadi seseorang.
Inteligensi terkait erat dengan tingkat kemampuan seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik itu kemampuan secara fisik maupun non fisik. Penelitian yang berkenaan dengan inteligensi dilakukan oleh para ahli selalu dikaitkan dengan masalah-masalah konsep tentang berbagai hal yang menyangkut perilaku kemampuan berfikir seseorang.
Inteligensi sebagai suatu aktivitas oleh G.D.Stonddard dinyatakan adalah kegiatan untuk memecahkan problem yang demikian nyata, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Problem itu harus tergolong sulit
b. Problem itu mengandung kerumitan atau kompleks
c. Problem itu memerlukan daya mengabstraksi
d. Tingkah laku untuk melaksanakan pemecahan problem itu harus cepat
e. Tingkah laku dalam melaksanakan pemecahan problem sadar tertuju kepada tujuan tertentu
f. Problem itu memiliki nilai sosial
g. Cara yang digunakan dalam pemecahan problem itu orisional atau asli, yaitu penemuan sendiri.
Tes intelegensi dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Individual atau kelompok
2. Bahasa atau verbal
3. Mudah atau sukar, disesuaikan dengan tingkat sekolah
Beberapa ahli telah merancang dan mengembangkan tes ukur intelegensi sampai kini sebagian darinya tetap digunakan oleh para pendidik, namun sebagian ditinggalkan. Beberapa model tes yang pernah dikembangkan tersebut adalah :
1. Tes Wechsler
2. Tes Progressive Matrices
3. Tes Army Alpha dan Beta
4. Tes Binet-Simon
Bab VI
KECERDASAN JAMAK
Goelman mekemukakan, bahwa kehidupan mental manusia dibentuk dari dua pikiran yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional yang bekerja dalam keselarasan yang erat, dan saling melengkapi. Kecerdasan pikiran rasional diukur dengan IQ (Intelligence Question). Tes IQ digunakan sebgai dasar meramalkan kemampuan bidang karir akademik.
Pandangan terhadap kegandaan (multiple) kecerdasan dipelopori oleh Gardner. Gardner seorang tokoh muda dalam bidang psikologi di Amerika telah memberikan banyak sumbangan terhadap psikologi khususnya tentang pengukuran psikologi anak. Gardner yang terkenal dengan kecerdasan jamak tidak memandang kecerdasan manusia semata berdasarkan score tes standar, tetapi meliputi tujuh macam kecerdasan manusia yaitu : (1) Linguistik intelligent (kecerdasan inguistik); (2) logical mathematical intelligence (kecerdasan logika-matematika); (3) spatial intelligence (kecerdasan spasial berfikir dalam tiga dimensi); (4) bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik-tubuh); (5) musical intelligence (kecerdasan musik); (6) interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal); (7) intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal).
Memperkenalkan kecerdasan jamak dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dalam tiga bentuk utama yakni: orientasi kurikulum, metodologi pengembangan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran.
Bab VII
KECAKAPAN BERBAHASA
Seseorang yang mampu berbahasa dengan baik, santun dalam menyampaikan pesan, mampu mendengarkan siapa saja, adalah satu kondisi dimana individu adalah bagian dari masyarakat yang sangat diinginkan semua orang. Kemampuan berbahasa diawali dari kemampuan mendengar dengan baik, kemampuan mengolah kata dengan tertib, kemampuan menyampaikan baik secara lisan maupun tulisan yang baik, akhirnya apa yang disampaikan tidak sekedar sampai kepada sasaran, akan tetapi menimbulkan kesenangan bagi pihak lain yang diajak berkomunikasi. Fungsi bahasa disamping sebagai alat komunikasi juga bahasa untuk menyatakan ekspresi diri, sarana untuk beradaptasi dan berintegrasi dalam masyarakat, dan sarana untuk mengontrol masyarakat itu sendiri. Jadi bahasa sebagai sistem komunikasi memiliki makna yang lebih luas dari sekedar berbicara.
Perkembangan kecakapan berbahasa beriringan dengan pertumbuhan usia seseorang, hal ini bila keadaan pada seseorang anak berjalan normal tanpa hambatan atau gangguan. Khususnya dalam perkembangan berbahasa, maka kelangsungan kemampuan anak juga memiliki irama tersendiri.
Tugas-tugas perkembangan bahasa secara umum bila dipelajari akan dapat dipilah-pilah dalam beberapa bagian yakni sebagai berikut :
1. Perkembangan kecakapan bahasa lisan
2. Perkembangan kecakapan mengeja
3. Perkembangan kecakapan membaca
4. Perkembangan penguasaan kosakata
5. Perkembangan kecakapan bahasa tulis
Kemampuan menguasai berbagai bahasa selain bahasa ibu dengan baik dan benar adalah satu anugerah dari Tuhan, disamping didukung oleh bakat dan keinginan yang kuat. Artinya, mampu berbahasa asing tidak semua orang dapat memilikinya, tetapi bagi mereka yang menginginkan akan lebih muda mendapatkan kemampuan tersebut. Jadi belajar bahasa asing bukan semata-mata karena tuntutan, kebutuhan atau faktor kebetulan, akan tetapi bakat dan keinginan seseorang menjadi terampil dalam berbahasa selain bahasa ibu.
Bab VIII
DIMENSI KREATIVITAS DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Berfikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas memperlihatkan respons atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jarang terjadi. Tetapi kebaruan saja tidak cukup. Syarat kedua kreativitas ialah dapat memecahkan persoalan secara realistik. Ketiga kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin.
Dalam hal pengembangan kreativitas sebagai sebuah sistem, Guilford mencoba menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen utama untuk melihat kreativitas pada satu individu yakni; contents, product, dan operation yang masing-masing mempunyai bagian penting.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berfikir kreatif menurut Coleman dan Hammen (1974) adalah kemampuan kognitif, sikap yang terbuka, dan sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri.
Berpikir kreatif tentu mempunyai epistimologi yang kompleks tetapi mapan, intinya adalah upaya menemukan dimensi kreativitas dalam sistem pendidikan di Indonesia. Telaah dengan psikologi sebagai satu formula tetap menjadi nilai yang inheren dalam setiap pembahasan yang dilakukan.
Krativitas sebagai satu dimensi aktualisasi dari berfikir ilmiah, maka sangat memberikan sumbangan besar bagi upaya pengenalan, pemahaman, pengembangan individu yang inovatif, dinamis, dan bertanggung jawab. Kreativitas perlu ditumbuh suburkan pada seluruh individu karena dengannya diharapkan lahirnya rasa toleransi dan tanggung jawab terhadap berbagai persoalan hidup berbangsa dan bernegara.
Akhirnya telaah psikologi berfikir bukan merupakan akhir dari segala-galanya akan tetapi menjadi awal dari satu kesadaran, bahwa kreativitas akan mendorong manusia untuk melakukan sesuatu secara baik dan benar. Untuk itu kreativitas harus ditumbuh kembangkan di kalangan individu sebagai upaya pembinaan generasi mendatang agar lebih cemerlang.
Bab IX
PERAN MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
Secara prinsip motivasi terkait dengan dorongan yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Tiga kata kunci dalam motivasi adalah sebagai berikut : (a) dalam motivasi terdapat dorongan yang menjadikan seseorang mengambil tindakan atau tidak mengambil tindakan, (b) dalam motivasi terdapat satu pertimbangan apakah harus memprioritaskan tindakan alternatif, baik itu tindakan A atau tindakan B, dan (c) dalam motivasi terdapat lingkungan yang memberi atau menjadi sumber masukan atau pertimbangan seseorang untuk melakukan tindakan pertama atau kedua.
Mengendalikan tindakan itu berarti membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang pada gilirannya mampu memberi pertimbangan sendiri apa yang harus dilakukan. Beberapa thapan yang juga harus dipertimbangkan dalam mengambil tindakan ini disebut dengan proses yang menggambarkan motivasi itu berperan dalam diri.
Salah satu fungsi motivasi dalam hal ini adalah memberikan penguatan terhadap kegiatan yang akan dilakukan sehingga bermakna dan bermanfaat. Beberapa fungsi motivasi ialah : mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan; sebagai pengarah; dan sebagai penggerak.
Hal terakhir yang paling penting dalam mengembangkan motivasi untuk kegiatan belajar adalah bahwa : motivasi instristik lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Karena itu bagunlah motif-motif instrinsik pada nak-anak didik.
Bab X
MASALAH KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar dapat diterjemahkan dari fenomena dimana siswa mengalami kesulitan ketika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualivikasi hasil belajar tertentu berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam Tujuan Instruksional atau tingkat perkembangannya. (Abin Syamsuddin M,1998:107).
Secara garis besar faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya kesulitan belajar ada dua macam yakni:
1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri
2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari luar diri siswa sendiri
Secara umum ada enam tahapan yang akan dilakukan orang untuk mengatasi kesulitan belajar yang terlanjur dialami siswa yakni :
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data
3. Diagnosis
4. Prognosa
5. Tratmen/perlakuan
6. Evaluasi
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar pada anak adalah : perkembangan fisik, emosi yang tidak stabil, kemampuan intelektual dibawah rata-rata/mental retardation.
Satu fenomena yang selalu menjadi masalah dalam pembelajaran adalah ketika peserta didik tidak dapat menceritakan kembali apa yang telah dipelajari. Hal tidak dapat menceritakan kembali secara sederhana disebut dengan “lupa”. Lupa dalam konteks pembelajaran merupakan bagian integral dari proses itu sendiri artinya terjadinya lupa sangat tergantung dengan kegiatan yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Dalam agama Islam referensi tentang “lupa” banyak dijumpai, apakah dalam kisah, maupun dalam berbagai perintah dan ajaran. Lupa menurut Usman Najati (1985:228) dibedakan dalam tiga jenis :
1. Lupa yang terjadi pada benak mengenai berbagai peristiwa dan informasi yang telah diperoleh sebelumnya
2. Lupa yang mengandung makna lalai
3. Lupa dengan pengertian hilang perhatian terhadap sesuatu hal
Dalam Al Quran penyebab lupa ada dua yakni: karena sifat alami manusia yang memang memiliki keterbatasan, dan karena godaan syetan “Syetan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. (QS,58:19), bagitu juga pada ayat yang lain “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah” (QS,2:286).
Dalam prakteknya kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh para pendidik terhadap peserta didik memang beragam, akan tetapi yang cukup dipahami dalam hal ini adalah bahwa makna dan tujuan dari kegiatan bimbingan tersebut adalah memberikan informasi dan mengarahkan.
Bab XI
PENDIDIKAN KEPRIBADIAN
Secara khusus psikologi yang mengkonsentrasikan pembahasan tentang kepribadian adalah psikologi kepribadian. Pribadi manusia memang sangat unik, dan dengan keunikan tersebutlah maka seseorang individu menemukan pribadinya ditengah pribadi-pribadi lainnya.
Psikologi kepribadian sesungguhnya bukan ilmu baru namun sudah berdiri sejak lama, beberapa nama psikologi kepribadian yang selalu disamakan adalah Charakteorologie, Psychology of Personality ada juga The Psychology of Character atau ada juga theory of Personality. Dalam wacana keilmuan di Indonesia psikologi kepribadian selalu juga disebut dengan Ilmu Watak, Ilmu Perangai atau Karakterologi, Teory kepribadian dan Psikologi kepribadian. (Sumadi Suryabrata,1986:1).
Aspek kepribadian yang akan dibangun dalam dunia pendidikan didukung oleh berbagai aspek, dimana aspek kepribadian tersebutlah yang menjadi lapangan psikologi kepribadian. Terdapat tiga aspek penting dalam hal ini yakni :
1. Sikap adalah hasil dari pengaruh lingkungan
2. Tempramen hampir tidak dipengaruhi oleh lingkungan
3. Sifat berada ditengah-tengah merupakan percampuran antara sifat-sifat pembawaan dan pengaruh lingkungan. (M.Ngalim Purwanto,1987:145).
Keluarga adalah persekutuan atau organisasi kecil yang ada dimuka bumi ini tetapi mempunyai peran yang terbesar dalam menentukan perkembangan kepribadian anggotanya. Setiap individu kita adalah anggota dari satu keluarga dari keluarga-keluarga tersebutlah terbentuk satu kelompok masyarakat dan akhirnya terciptalah komunitas masyarakat yang lebih luas yakni negara, bahkan umat dimuka bumi ini.
Pengendalian keluarga diperankan oleh orang tua, dengan demikian peran orang tua mempunyai arti yang sangat besar bagi upaya pembinaan dan pembentukan kepribadian anak sesuai dengan yang diinginkan oleh tujuan pembentukan keluarga itu sendiri. Karena itulah pemerintah menjadikan pendidikan keluarga sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional. (Departemen P dan K RI:1990).
Membangun keluarga sebagai pusat pembinaan kepribadian anak dalam hal ini ditegaskan pada tiga fungsi utama yakni: keluarga sebagai rumah ibadah; keluarga sebagai rumah sakit; dan keluarga sebgai rumah sekolah.
Pembelajaran akan terjadi dengan baik apabila anak memiliki lingkungan yang mendukung. Bila orang tua mengerti dan melaksanakan hak dan kewajibannya dalam keluarga, maka pendidikan dan pembelajaran yang dilaksanakan bai di rumah tangga maupun di sekolah akan berjalan dengan baik pula.
BAB III
PEMBAHASAN
Tujuan kehadiran buku ini agar pembaca memiliki media pengkayaan tentang kejiwaan dan tingkah laku manusia khususnya peserta didik yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Untuk itu ada tiga semangat yang menjadi ruh penyusunan buku ini yakni : pertama, diharapkan dengan buku ini pembaca lebih mudah mengkomplikasi teori-teori psikologi pendidikan dengan pengalaman lapangan untuk bahan mengikuti perkuliahan. Kedua, dengan buku ini pembaca lebih terpacu untuk menelusuri sumber bacaan yang lebih luas dan mendalam. Ketiga, kehadiran buku ini juga menjadi upaya memperkaya khazanah tulisan ilmiah bagi dunia kependidikan.
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN DARI BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN :
1 Cover
• Warna sampulnya cerah dan enak dipandang
• penulisan judul yang jelas
• gambar sampul sesuai dengan tema dan bahasan isi buku
• disertai dengan rangkaian kata yang menggambarkan isi sampul dibelakang buku
2 Daftar isi
• daftar isi buku ini cukup lengkap dan jelas sehingga mempermudah pembaca dalam membaca buku
• disertai dengan daftar tabel dan daftar gambar
3 Isi Buku
• Buku ini sangat lengkap dalam pembahasannya mengenai psikologi pendidikan dalam bidang pendidikan sampai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
• adanya keterkaitan antar paragraf pada setiap penulisan isi buku
• disertai dengan kutipan-kutipan yang dapat mendukung keakuratan data
• daftar pustaka yang banyak dan lengkap
• disertai dengan tabel untuk mempermudah pemahan pembaca
• dilengkapi dengan lampiran-lampiran diakhir buku untuk memperjelas dan memperkuat materi psikologi pendidikan yang telah dibahas diawal buku
• Di sajikan suplemen (hal-hal tambahan yang berupa penerapan) dari materi bab yang telah di jelaskan sebelumnya yang berhubungan dengan materi tersebut.
• Disertai dengan tugas-tugas sebagai pengayaan ide-ide dan mengembangkan serta mengasah kemampuan dan dijadikan sebagai latihan dari materi yang telah diberikan pada tiap-tiap bab
• Kalimat yang digunakan ringan dan mudah dicerna oleh pembaca
• Ada beberapa kata yang sulit untuk dipahami sehingga diperlukan pengertian terhadap kata tersebut.
• Penulisan yang terlalu monoton sehingga pembaca dapat bosan dalam membaca
• Tidak terdapat catatan kaki yang dapat memperjelas dan dapat mengetahui literatur dan keakuratan data
• Tidak dilengkapi dengan riwayat hidup dan foto penulis di bagian paling akhir buku.
Identifikasi terhadap Buku Pembanding:
Buku pembanding yang berjudul “Psikologi Belajar” sesuai dengan judulnya, lebih dominan membahas mengenai belajar dan pembelajaran. Yang dibuka dengan hubungan antara perkembangan dengan belajar, lalu konsep dan arti penting belajar,karakteristik, manifestasi, dan ragam belajar, sampai kepada evaluasi dan prestasi belajar. Sedangkan dalam buku utama fokus pembahasan berpusan pada pendidikan dan landasan untuk mengembangkan strategi belajar. Dimana lebih kepada landasan-landsan berfikir dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.
Namun kedua buku memiliki bahasan yang sama dalam hal pembukaan pada awal bab diawali dengan perkembangan dan pertumbuhan anak, lalu hal-hal yang menjadi faktor keberhasilan dalam pengajaran seperti teori-teori belajar, motivasi dalam belajar kecakapan dan kecerdasan yang harus dimiliki sampai kepada kesulitan belajar seperti lupa, dan kejenuhan belajar.
Saya rasa kedua buku ini saling mendukung dan melengkapi dalam hal materi yang bersangkutan dengan peserta didik dan hubungannya dalam pendidikan. Karena belajar merupan kunci dari keberhasilan pendidikan dan tidak dapat saling dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari kegiatan mengkritik buku ini, didapat beberapa kesimpulan terkait buku “Psikologi Pendidian” yang telah diulas pada bab-bab sebelumnya, diantaranya :
• Buku ini patut dibaca oleh semua umur
• Buku ini merupakan salah satu buku yang dirasa wajib untuk dibaca oleh para akademisi terkait tentang Psikologi dalam Pendidikan terkhusus mahasiswa yang pendidikan serta kalangan umum yang telah mencari-cari makna dari kata psikologi terkhusus pendidikan. Isi dari buku ini sangat lengkap, yaitu terdiri dari sebelas Bab, Pendahuluan; Pertumbuhan dan Perkembangan Anak; Belajar dan Pembelajaran; Teori-teori Belajar; Kemampuan dan Inteligensi; Kecerdasan Jamak; Kecakapan Berbahasa; Dimensi Kreatifitas dalam Psikologi Pendidikan; Peran Motivasi dalam Pembelajaran; Kesulitan Belajar; serta Pendidikan Kepribadian
• Buku ini merupakan media pengayaan tentang gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia khususnya peserta didik yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
2. Saran
Saya menyadari bahwa kritik ini masih kurang memadai dan masih perlu disempurnakan. Dan apabila di dalam mengkritik ini terdapat kesalahan-kesalahan, maka saya mohon maaf atas kekurangannya dan mohon atas penyempurnaan yang lebih baik lagi. Selain itu hendaknya kritik yang saya kemukakan ini dapat membangun dalam pencetakan buku selanjutnya.
Posting Komentar
0 Komentar
Mari Berdiskusi Tentang Topik Ini