CRITICAL BOOK REPORT
Contoh CBR Psikologi Belajar Unimed
Review dan Contoh Critical Book Psikologi Belajar
Contoh CBR Psikologi Belajar Unimed
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang CBR
Mengkritik sebuah buku adalah salah satu tuntutan kegiatan belajar bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Mengkritik buku merupakan suatu kegiatan yang bukan hanya membandingkan antara satu buku dengan buku lainnya, akan tetapi juga dapat menambah wawasan dan kajian keilmuannya dari buku yang di kritiknya. Berdasarkan hal tersebut, dalam critical book report ini berisi mengenai hasil rangkuman, kritik, kelemahan dan kelebihan dari buku yang berjudul “Psikologi Belajar Siswa” Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1964 oleh Pitman Publishing Company, New York. Edisi revisi pertama kali diterbitkan tahun 1982 oleh Merloyd Lawrence, Delta/Seymour Lawrence, New York. Hak penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia pada Penerbit Erlangga berdasarkan perjanjian resmi tanggal 05 Januari 2012.
John Holt (1927-1985), salah seorang kritikus pendidikan terkemuka, adalah pengarang 10 buku berpengaruh yang sudah diterjemahkan ke dalam 14 bahasa. Dikenal sebagai pembaru yang gigih dan penuh semangat, serta sebagai "suara akal budi yang lembut" (Majalah Life), John Holt menawarkan kepada kita gagasan-gagasan yang menarik tentang hakikat pembelajaran yang bahkan lebih relevan lagi dewasa ini daripada sebelumnya.
1.2. Tujuan CBR
1. Memenuhi tugas wajib mata kuliah Psikologi Pendidikan.
2. Mengetahui dan memahami isi ataupun inti dari buku resensi yakni tentang psikologi siswa dalam belajar.
1.3. Manfaat CBR
1. Menambah wawasan dan pengetahuan baik penulis maupun pembaca tentang psikologi siswa dalam belajar.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan baik penulis maupun pembaca tentang critical book report.
1.4. Identitas Buku Utama CBR
Judul buku : Psikologi Belajar Siswa
Penulis : John Holt
Penerbit : Erlangga
Tempat terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2012
Kode buku : 0073700060
ISBN : 9786022410409
Lebar buku : 14 cm
Panjang buku : 21 cm
Tebal buku : 376 halaman
1.5. Gambar Sampul Buku CBR
1.6. Daftar Isi Buku CBR
Bagian I : BELAJAR TENTANG ANAK-ANAK
Bagian II : BELAJAR & EKSPERIMEN
Bagian III : MEMBACA
Bagian IV : OLAHRAGA
Bagian V : SENI, MATEMATIKA, DAN HAL-HAL LAIINYA
Bagian VI : PIKIRAN YANG SEDANG BEKERJA
Bagian VII : BELAJAR DAN CINTA
1.7. Identitas Buku Pembanding CBR
1.7.1. Buku Pembanding 1
Judul : Learning Methamorphosis Hebat Gurunya Dahsyat Muridnya
Penulis : H.D. Iriyanto
Penerbit/Tahun : Penerbit Erlangga/2012
1.7.2. Buku Pembanding 2
Judul : Pengantar Psikologi Umum
Penulis : Prof. Dr. Bimo Walgito
Penerbit/Tahun : Penerbit ANDI/1981
1.7.3. Buku Pembanding 3
Judul : Permainan Cerdas Untuk Anak
Penulis : Dr. Dorothy Einon
Penerbit/Tahun : Penerbit Erlangga/2005
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
Bagian I CBR
Belajar Tentang Anak-Anak
Sebuah teori yang saat ini sedang ramai-ramainya dibicarakan oleh banyak orang adalah teori otak kanan-otak kiri, yang berpendapat bahwa untuk beberapa bentuk pemikiran kita menggunakan salah satu sisi otak kita, dan untuk beberapa pemikiran lainnya kita menggunakan sisi otak kita yang lain.
Pertama-tama, teori itu sendiri berubah lebih cepat dari kemampuan kita mengikutinya. Dalam edisi terbaru majalah Omni terdapat sebuah artikel berjudul “Brainstorms”, yang menyatakan bahwa teori baru tentang otak kanan dan otak kiri sudah tidak diakui lagi dan bahwa jenis-jenis aktivitas mental yang berbeda tidak bisa secara persis ditentukan lokasinya, entah di bagian otang yang satu atau di bagian otak yang lain.
Dengan rancangan yang lebih cermat terhadap kondisi-kondisi tes mereka, dan dengan menggunakan suatu analisis pola pengenalan matematis, mereka telah memetakan korelasi pola-pola elektrik yang kompleks dan berubah dengan cepat, yang melibatkan banyak area di dalam otak. Hal ini menunjukkan kepada mereka bahwa tipe-tipe informasi berbeda tidak diproses hanya di beberapa area otak yang terspesialisasi, sebagaimana yang telah dianut selama beberapa decade sebelumnya. Melainkan, banyak bagian otak terlibat, bahkan dalam fungsi-fungsi kognitif yang paling dasar sekalipun.
Gevind menyatakan, “bahwa tipe tugas-tugas yang berbeda tidak diproses dalam segelintir area yang terspesialisasi, melainkan banyak bagian-bagian otak ikut terlibat di dalamnya. Sehingga tidak tepat jika dikatakan bahwa aritmatika, contohnya, berada di salah satu lokasi otak saja hanya karena kerusakan di sana menyebabkan ketidakmampuan melakukan penjumlahan. Yang dapat kita katakan hanyalah bahwa area otak yang rusak sangat penting untuk melakukan aritmatika.
Sedari awal teori otak kanan-kiri terlihat menyederhanakan sesuatu yang bagi saya sendiri yang berpengalaman menggunakan pikiran sebenarnya tidak sesederhana itu. Tentunya tidak diragukan lagi bahwa kita memang sering sekali menggunakan otak kita dengan cara yang berbeda, terkadang dengan cara yang sangat sadar, terarah, linear, analitis, maupun verbal, misalnya saat sebuah mobil tidak mau menyala dan kita pun mencoba mencari tahu penyebabnya dan di saat yang lainnya (bahkan terkadang pada saat yang bersamaan) kita menggunakan otak kita dengan cara yang lebih acak, inklusif (memikirkan beberapa hal secara bersamaan pada waktu yang bersamaan juga), intuitif, seringkali agak atau tidak disadari.
Sejauh ini saya tidak bermasalah dengan para penganut teori otak. Bahkan mungkin saja kalau beberapa aktivitas mental sebagian besar memang terpusat di beberapa bagian otak dan beberapa aktivitas lain terpusat di bagian yang lain pula. Namun akan terkesan sempit dan aneh jika dikatakan bahwa berbagai jenis pemikiran yang sedemikian rumit dari sebuah pengalaman mental dapat dengan rapinya dibagi ke dalam dua macam, di mana salah satunya dapat secara eksklusif ditetapkan hanya untuk bagian kiri otak, sementara yang lain untuk bagian kanan otak.
Segala sesuatu yang kita pelajari tentang organisme mengarahkan kita pada kesimpulan tidak hanya bahwa organisme dapat dianalogikan dengan mesin, tetapi bahwa organisme itu adalah mesin. Mesin-mesin buatan manusia bukanlah otak, namun otak adalah sebuah jenis mesin perhitungan yang dipahami dengan sangat buruk. Gagasan semacam ini, yang sekarang menjadi populer di banyak universitas-universitas terkemuka, yaitu bahwa organisme, termasuk di dalamnya manusia, semata-mata hanyalah mesin, buat saya adalah sebuah gagasan yang paling keliru, paling bodoh, paling merusak, dan paling berbahaya dari semua gagasan buruk yang beredar di dunia saat ini. Kalau saja sebuah gagasan bisa berubah menjadi setan, maka gagasan inilah salah satunya.
Hanya dalam kehadiran orang-orang yang sudah dewasa yang penuh cinta, rasa hormat, dapat dipercaya seperti Millicent Shin atau Glenda Bissex, anak-anak dapat mempelajari semua yang mampu mereka pelajari atau menyingkapkan kepada kita apa yang sedang mereka pelajari. Para pemikir, pembedah, dan manipulator hanya akan mendorong anak-anak pada perilaku artifisial (perilaku yang dibuat-buat dan tak bermakna), kalau tidak mau menyebut tipu muslihat, pengelakan, dan lari dari masalah.
Bagian II CBR
Belajar dan Eksperimen
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
A. DEFENISI BELAJAR
Sebagaian orang beranggapan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi-informasi pelajaran. Disamping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai pelatihan berkala seperti yang tampak pada pelatihan membaca dan menulis.
B. CONTOH BELAJAR
Dalam mempermudah pemahaman anda mengenai cara sebenarnya belajar itu berlangsung, berikut ini akan dikemukakan salah satu contoh yang sederhana sebagai gambaran. Seorang anak balita memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia memncoba mainan ini dengan cara memutar kuncinya dan meletakkanya pada suatu permukaan atau dataran. Perilaku yang “memutar” dan “meletakkan” tersebut merupakan suatu respons atau reaksi atas rangsangan yang timbul pada mainan itu (misalnya, kunci dan roda mobil-mobilan tersebut).
C. ARTI BELAJAR
Balajar adalah suatu key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa adanya proses pembelajaran sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses yang sistematika, belajar hampir selalu mendapat satu tempat yang luas dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan suatu upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karena demikaian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi pendidikan pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
D. TEORI-TEORI POKOK BELJAR
1. Koneksionisme
Teori Koneksinisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan di kembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Thondike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
Berdasarkan eksperimen di atas, Thondike menyimpulkan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons.
2. Pembiasaan Klasik
Teori pembiasaan klasik (clasical conditioning) ini merupakan teori yang berkembang berdasarkan hasil eksperimen oleh Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan besar rusia yang teleh berhasil menggondol hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedeur penciptaan reflek baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973).
3. Pembiasaan Prilaku Respons
Teori pembiasaan perilaku respons (operant conditioning) ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh di karangan para ahli psikologi belajar masa kini.
4. Teori Pendekatan kognitif
Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah meberi komtribusi yang sanagt berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan. Sains kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas; psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer, liguistik, intelegensi buatan, matematika, epistimologi dan neuropsycsologi (psikologi syaraf).
E. PROSES DAN FASE BELAJAR
1. Defenisi Proses Belajar
Dalam psikologi belajar, proses berarti suatu cara-cara ataupun langkah-langkah khusus yang denganya beberapa yang ditimbulkan hingganya tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan prilaku kognitif, efektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
2. Fase-Fase Dalam Proses Belajar
Menurut Jerome S. Bruner, yang merupakan salah seorang penentang teori S-R Bond (Barlo, 1985), dalam proses belajar, siswa menempuh tiga episode atau tiga fase, yakni:
a) Fase informasi (tahap penerimaan materi).
b) Fase transformasi (tahap pengubahan materi).
c) Fase evaluasi (tahap penilaian materi).
Dalam fase informasi (information), seorang siswa yang sedang belajar memeroleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Dalam fase transformasi (transformation), informasi yang telah itu di analisis, diubah, atau di transformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptul supaya kelak pada giliranya dapat di manfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Dalam fase evaluasi (evaluation), seorang siswa yang akan melakukan penilaian diri sendiri sampai sejauh mana pengetahuanya (informasi yang telah di transformasikan tadi) dapat di manfaatkan untuk memahami banyak gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Bagian III CBR
Membaca
Suatu hari saya dan Lisa berada di ruang tengah membaca sendiri-sendiri. Ia mengambil empat buku dari bagian bacaan untuk anak-anak di perpusatakaan umum, jumlah maksimal yang diperbolehkan. Ia kemudian memilih buku yang paling menarik baginya, mengatur duduknya di sebuah kursi besar, lalu mulai membaca. Saya bisa mendengar dia membaca sambil menggumam, walaupun saya tidak bisa mendengar dengan jelas kata-katanya. Saya kira dari bunyi nada suaranya dan dari jeda dalam membacanya, walaupun ada banyak kata dalam bacaannya yang ia tidak tahu dan kenali, ada beberapa kata yang memaksakannya berhenti sejenak dan mencari tahu apa arti itu. Mungkin dengan menggunakan pengetahuan sederhananya tentang fonetik, mungkin menebak dari konteksnya, atau mungkin kedua-duanya. Ada beberapa kata yang sengaja ia lewatkan, ia tidak merasa harus memahami setiap kata yang ada. Tetapi sesekali ia akan tiba pada sebuah kata yang tidak bisa ia pahami, atau terka, atau lewatkan begitu saja. Hari ini ia menemukan kata semacam itu.
Pada dasarnya ilmu jiwa pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan yang meliputi tingkah laku belajar, tingkah laku mengajar, dan tingkah laku belajar mengajar. Inti persoalan psikologi pendidikan dengan tanpa mengabaikan psikologi guru terletak pada siswa. Secara garis besar psikologi pendidikan banyak ilmuan membatasi dalam 3 pokok bahasan, yaitu pokok bahasan mengenai belajar, proses belajar dan situasi belajar.
Di sisi lain, Crow and Crow mengemukakan suatu ruang lingkup psikologi pendidikan antra lain :
a) Sampai sejauh mana faktor hereditas dan lingkungan akan berpengaruh terhadap belajar.
b) Sifat-sifat dari proses belajar.
c) Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar.
d) Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar.
e) Perubahan selama dalam belajar.
f) Hubungan prosedur mengajar dengan hasil belajar.
g) Teknik bagi penilaian kemajuan belajar.
h) Pengaruh pendidikan formal dibandingkan informal terhadap individu.
i) Manfaat nilai ilmiah terhadap pendidikan bagi personel sekolah.
j) Pengaruh psikologi yang ditimbulkan oleh kondisi sosiologi terhadap sikap siswa.
Bagian IV CBR
Olahraga
Pertumbuhan dan perkembangan anak didik memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Pertumbuhan fisik mereka secara kasat mata mungkin sebagian dapat diamati oleh indra dan kitapun dapat dengan mudah membuat interpretasi-interpretasi terhadapnya. Kita terkadang memberikan pendapat bahwa si fulan secara jasmani sehat, cukup gizi dan pertumbuhannya sangat baik dengan hanya mendasarkan hanya pada pengamatan indra sesaat, walaupun tidak seratus persen interpretasi tersebut benar.
Akan tetapi tidak semua perkembangan jasmasi yang baik juga diikuti dengan kematangan perkembangan psikologinya. Banyak sekali kasus-kasus yang terjadi dalam kehidupan masyarakat orang-orang yang tampak sehat baik secara lahiriah ternyata secara psikologis dia sakit. Untuk menginterpretasi bahwa seseorang atau siswa sedang mengalami masalah secara psikologis, tidak cukup hanya dengan pegamatan sesaat. Dibutuhkan penanganan yang khusus dan cermat agar seorang guru memperoleh informasi yang lengkap mengenai anak didiknya sehingga akan memudahkannya untuk memberikan treatment.
9 Juni 1965
Hari ini Tommy lebih bersemangat masuk ke dalam air dan memulai latihan berenangnya dan mengambil kesempatan pertamanya digendong. Kemajuannya dalam mengeksplorasi elemen baru dalam berenang tidaklah stabil dan tanpa terputus-putus. Keberanian pada diri anak-anak (dan tidak hanya mereka) timbul tenggelam seperti ombak hanya saja siklusnya berlangsung dalam hitungan menit, bahkan detik. kita bisa melihat hal ini dengan jelas ketika kita memperhatikan seorang bayi berusia dua tahun atau lebih yang sedang berjalan dengan ibunya atau sedang bermain di taman.
10 Juni 1965
Seorang anak lebih mudah belajar untuk sadar ketika hidung dan mulut mereka berada di bawah permukaan air, di sebuah kolam yang tidak terlalu ganas. Tetapi kolam yang ini kecil dan penuh sesak, dan kalau berada di negara yang beriklim kering, tidak ada saluran-saluran sirkulasi yang membantu menurunkan gelombang air itu. Kita harus menemukan suatu cara untuk mengatasi persoalan tersebut. Suatu permainan yang membantu muncul secara kebetulan. Saya sedang memeganginya erat ketika ia terkejut air mausk kedalam mulutnya, yang dengan cepat dna instingtif langsung ia semburkan ke muka saya. Saya menjadikan peristiwa luar biasa, saya meringis, terbatuk-batuk, tersedak, dan tergagap. Baginya hal ini sangat lucu dan dengan cepat melakukannya lagi, berendam sebentar di dalam air, dankemudia menyemburkannya ke saya.
Peristiwa pertumbuhan pribadi manusia berawal dari peristiwa awal herediter. Secara genetis manusia terbentuk dari satu sperma dan satu telur. Keduanya mewakili sifat dari orang tuanya yang pada akhirnya akan turun kepada anaknya sebagai individu baru. Dalam perjalanannya, pertumbuhan ini diatur oleh hukum-hukum antara lain :
a) Pertumbuhan adalah kuantitaif dan kualitatif.
b) Pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan dan teratur.
c) Tempo pertumbuhan adalah tidak sama.
d) Taraf perkembangan dari berbagai aspek pertumbuhan adlah tidak sama.
e) Kecepatan serta pola pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh kondisi-kondisi di dalam dan di luar badan.
f) Masing-masing individu tumbu menurut caranya sendiri yang unik.
g) Pertumbuhan adalah kompleks, dan semua aspeknya saling berhubungan.
Bagian V
Seni, Matematika, dan Hal-Hal Lainnya
Dalam menghadapi siswa yang secara psikologis memiliki masalah, guru harus hati-hati dan secara bijaksana merangkul mereka untuk dibimbing dan di arahkan agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Banyak factor yang melatarbelakangi seorang siswa berprilaku menyimpang dari kebiasaan-kebiasaan yang normatif. Penelusuran terhadap faktor-faktor penyebab ini akan membantu guru dalam mendiagnosa masalah yang dihadapi serta langkah apa yang harus dilakukan dalam membantu siswa keluar dari masalahnya.-Untuk dapat melakukan semua rangkaian kegiatan tersebut, guru harus memiliki pengetahuan mengenai psikologi anak pada khususnya dan psikologi pendidikan pada umumnya.
Dalam buku Psikologi Belajar karangan John Holt ini yang membahas tentang psikologi dalam ranah pendidikan, pengetahuan tentang psikologi pendidikan, pertumbuhan dan perkembangan anak, teori-teori psikologi tentang belajar, kesulitan anak dalam belajar dan lainnya mengenai dasar psikologi dijelaskan secara rinci. Pengetahuan ini tentunya sangat penting dan diperlukan bagi setiap guru untuk dikuasai agar dapat melakukan yang terbaik bagi anak atau siswa dalam pendidikannya.
Gambar isometric biasanya dipergunakan oleh para juru gambar untuk memberikan kesan tiga dimensi pada sebuah objek. Ada sebuah kertas yang disebut kertas isometric, yang penuh dengan kotak-kotak dan garis-garis vertical dan horizontal.
Bagian VI CBR
Pikiran Yang Sedang Bekerja
Waktu adalah uang, menurut kita, dan kita selalu merasa bahwa kita tidak punya cukup waktu untuk itu. Waktu begitu cepat berlalu dan sayangnya kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikannya. Tetapi saat saya mengamati anak-anak ini, mereka seperti merasakan bahwa buat mereka waktu bisa berhenti atau bahkan tidak perlu diperhitungkan keberadaannya. Hal itu terjadi ketika liburan musim panas, ketika mereka punya waktu banyak. Mereka terlihat seperti membuat semacam percakapan dengan benda kubus itu. Itu lebih seperti mereka membiarkan si benda kubus itu yang berbicara, dan mereka mendengarkan.
Tetapi rubik adalah sesuatu yang pernah memasuki alam pikiran saya yang paling jauh. Saya sendiri terkejut ketika menyadari bahwa beberapa hari yang lalu saya menyadari bahwa saya terus-menerus memikirkannya, dan memainkan kubus itu di dalam pikiran saya. Pemikiran itu datang ketika saya mampu menempatkan kubus itu di tengah-tengah masing-masing isinya, misalnya persegi yang berwarna biru ada di tengah-tengah. Sementara sembilan bujur sangkar lainnya, bujur sangkar yang berwarna kuning ada di tengah sembilan bujur sangkar kuning dan seterusnya, sebagai sesuatu yang tetap sementara delapan persegi yang lainnya bisa dipindah-pindahkan.
Geometri yang dimaksudnya bukanlah bentuk-bentuk geometri kuno yang biasa ditemui di sekolah, tetapi lebih seperti geometri eksotik yang lebih canggih. Ingatan saya mengatakan bahwa yang dimaksudnya adalah geometri projektif, walaupun itu bukanlah satu-satunya berbentuk geometri projektif yang pernah say abaca. Lalu saya bertanya kepadanya mengapa ia menyukai salah satu cabang ilmu matematika itu. Ia menjawab bahwa ada keindahan dan kesederhanaan dalam teorema itu.
Bagian VII CBR
Belajar dan Cinta
Beberapa orang akan berkata, “tetapi kalau kita bisa membuat anak-anak menjadi lebih cerdas, mengapa tidak kita lakukan saja?” ya, mengapa tidak? Tetapi hampir semua gagasan buruk diawali dengan gagasan yang baik, dan saya khawatir dengan gagasan yang kelihatannya baik itu tidak akan butuh waktu lama untuk berubah menjadi gagasan yang buruk, dan dengan demikian kementerian untuk pengembangan kecerdasan melakukan hal-hal yang lebih merusak daripada kementerian pendidikan itu sendiri.
Selama ini kita telah dilatih untuk percaya bahwa ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kebijaksanaan adalah hasil dari sekolah, dan oleh karenanya semua orang akan dinilai dan diberikan peringkat berdasarkan seberapa banyak yang bisa diserap oleh mereka selama bersekolah. Lalu tak lama lagi kitapun akan diberi tahu bahwa kecerdasan adalah produk dari pelatihan kecerdasan dan semua orang harus dinilai dan diberi peringkat berdasarkan dari seberapa banyak proses tersebut, seperti halnya semua proses produksi, yang biasanya mahal dan langka, yang mampu mereka beli. Tentunya pelatihan kecerdasan yang diwajibkan yang pasti diukerjakan oleh para pelatih bersertifikat, mungkin akan menjadi praktik yang umum di masa depan.
Ketika seorang bayi tidak dapat menerima respons pada saat melakukan komunikasi sederhananya, seperti menangis, seluruh integrasi sensori-motoriknya secara keseluruhan berupa penglihatan, pendengaran, keseimbangan, implus motorik dan taktilnya tidak berkembang dalam formasi vestibular dan reticular di dalam otaknya, yang semuanya merupakan fondasi penting bagi perkembangan jalur-jalur di otak yang menghubungkan antara hemisfer dan cara-cara memediasi lingkungan eksternalnya.
Dalam bab ini di jelaskan bahwa setiap para pendidik diharapkan memiliki pengetahuan psikologis pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan ini akan berguna mempelajari gejala kejiwaan anak, perkembangan anak, minat dan bakatnya, cara belajar anak dan membimbingnya serta bagaima mengawasi hasil belajarnya yang tepat.
Menurut Lindgren manfaat psikologi pendidikan adalah untuk membantu para guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik dalam hal mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan prosesnya. Sementara itu, Chaplin menitikberatkan manfaat psikologi pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan beberapa cara menggunakan metode-metode yang telah disusun rapi dan sistematis. Dari dua macam pendapat tersebut, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dpat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar.
BAB III
PEMBAHASAN DAN RANGKUMAN BUKU PEDOMAN
Bagian I CBR
Belajar Tentang Anak-Anak
Buku pedoman :
Judul : Learning Methamorphosis Hebat Gurunya Dahsyat Muridnya
Penulis : H.D. Iriyanto
Penerbit/Tahun : Penerbit Erlangga/2012
Pembahasan Otak Kiri dan Otak Kanan, Halaman 28-29 :
Sejak buku Quantum Learning diterbitkan di Indonesia, perhatian para penggiat pendidikan terhadap otak kiri dan otak kanan menjadi semakin besar. Di buku itu, Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, menjelaskan bahwa eksperimen terhadap dua belah otak (kiri dan kanan) menunjukan bahwa masing-masing belahan otak bertanggung jawab terhadap cara berpikir seseorang. Selain itu, masing-masing belahan mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada persilangan dan interaksi di antara keduanya.
Selanjutnya dikatakan dua penulis tadi bahwa proses berpikir dari otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional. Artinya serba urut dan teratur. Cara berpikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.
Berbeda dengan otak kiri, otak kanan kita dan murid-murid kita memiliki cara berpikir yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistic. Cara berpikir ini sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui hal-hal yang bersifat non-verbal, misalnya seperti perasaan dan emosi, pengenalan bentuk dan pola, musik dan seni, kepekaan warna, serta kretivitas dan visualisasi.
Penting untuk kita ketahui bahwa kedua belahan otak itu harus berfungsi secara seimbang. Belajar akan terasa mudah bagi kita, kalau kita mau memilih bagian otak yang diperlukan dalam setiap aktivitas yang sedang kita kerjakan. Begitupula bagi murid-murid kita.
Bagian II CBR
Belajar & Eksperimen
Buku Pedoman :
Judul : Pengantar Psikologi Umum
Penulis : Prof. Dr. Bimo Walgito
Penerbit/Tahun : Penerbit ANDI/1981
Pembahasan Belajar, Halaman 165-175 :
“Living is learning”, merupakan sepenggal kalimat yang dikemukakan oleh Havighurst (1953). Dengan kalimat tersebut memberikan suatu gambaran yang menyatakan bahwa belajar merupakan hal yang sangat penting, sehingga tidaklah mengherankan bahwa banyak orang ataupun ahli yang membicarakan masalah belajar. Hampir semua pengetahuan, sikap, keterampilan, dan perilaku manusia dibentuk, diubah dan berkembang melalui belajar. Kegiatan belajar dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, di rumah, di sekolah, di pasar, di took, di masyarakat luas, pagi, sore, dan malam. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa belajar merupakan masalah bagi setiap manusia.
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Masukan apabila dianalisis lebih lanjut, akan didapati beberapa jenis masukan misalnya seperti masukan mentah (raw input), masukan instrumen (instrumental input), dan masukan lingkungan (environmental input). Semua ini berinteraksi dalam proses belajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar. Apabila salah satu faktor terganggu, maka proses akan terganggu dan hasil juga akan terganggu. Masing-masing faktor tersebut saling kait-mengkait satu dengan yang lain, karenanya belajar itu merupakan suatu sistem. Apabila masukan instrumental terganggu, maka proses akan terganggu, hasil akan terganggu.
Masukan mentah adalah individu atau organisme yang akan belajar. Misalnya siswa, mahasiswa atau anak yang akan belajar. Masukan instrumental adalah masukan yang berkaitan dengan alat-alat atau instrumen yang digunakan dalam proses belajar. Misalnya sebuah rumah, kamar, gedung, dan peraturan-peraturan. Peraturan merupakan suatu masukan instrumen yang lunak, sedangkan kamar, rumah, gedung merupakan suatu masukan instrumen yang keras. Masukan lingkungan merupakan masukan dari yang belajar, dapat merupakan masukan lingkungan fisik maupun non-fisik. Misalnya tempat belajar yang gaduh atau ramai merupakan hal yang kurang menguntungkan untuk proses belajar.
Dalam masalah belajar pada umumnya yang menjadi suatu persoalan ialah bertitik tolak dari hasil belajar. Apabila hasil belajar baik, maka pada umumnya tidak akan menimbulkan masalah. Tetapi sebaliknya, apabila hasil belajar siswa tidak memuaskan, persoalan akan segera timbul. Oleh karena itu dalam suatu proses pembelajaran, pada umumnya orang akan melihat terlebih dahulu atau sebagai titik tolaknya adalah hasil belajar. Setelah hasil belajar tampak, orang akan melihat bagaimana prosesnya dan kemudian bagaimana masukannya.
Bagian V CBR
Seni, Matematika, Dan Hal-Hal Lainya
Buku Pedoman :
Judul : Permainan Cerdas Untuk Anak
Penulis : Dr. Dorothy Einon
Penerbit/Tahun : Penerbit Erlangga/2005
Pembahasan Seni dan Keterampilan (Halaman 75-80) dan Kata-Kata dan Angka (Halaman 46-49) :
Melukis dan menggambar adalah kegiatan menyenangkan bagi anak kecil. Dia mencelupkan kuas dan meletakkannya di atas kertas dan efeknya datang dalam sekejap. Si anak (siswa) bukan hanya bisa melihat pengaruh gerakannya, tetapi juga bisa mengubah pekerjaannya dengan olesan kuas kedua. Sebagian besar anak-anak tidak butuh banyak bujukan untuk melakukan kegiatan ini.
Anak-anak biasanya menyukai cat, kuas, dan selembar kertas. Bahkan jika mereka tak menyukainya atau sedang malas, kegiatan ini dapat membuat mereka senang. Kegiatan ini juga baik bagi anak yang merasa tidak pandai melukis dan merasapun juga tidak memiliki keterampilan. Dia bisa membuat gambar yang menyenangkan sehingga dia merasa sangat bangga akan keberhasilannya dalam kesenian.
Belajar menghitung adalah langkah yang pertama sekali dilakukan dalam mengerti apa arti angka. Saat anak-anak mulai menghitung, mereka menganggap itu sebagai rima. Mungkin mereka mengerti angka atau bilangan 1-2-3, tapi tidak dapat membayangkan arti 6-7-8. Bila si anak sudah mengetahui urutan bilangan dari 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10, dia bisa mulai mengerti arti angka tersebut. Pengertian ini diperkuat bila anda menambah, mengurangi, dan menunjukan angka selagi menghitung. Anak-anak kecil sering salah membuat urutan, jadi mereka butuh banyak latihan.
Untuk memahami arti angka, anak-anak harus memahami arti berhitung terlebih dulu. Dalam hal ini sungguh sulit. Anda bisa menunjuk sebuah pohon dan menyebutkan ‘itu pohon’, tetapi bagimanakah cara anda menunjukkan ‘tiga’? untuk memahami arti ‘tiga’, anak-anak harus memperhatikan apa persamaan antara tiga kucing dan tiga poci.
BAB IV
KRITIK, KELEBIHAN, KELEMAHAN, KESIMPULAN, SARAN
4.1.Kritik
Bagian I CBR
Belajar Tentang Anak-Anak
Pada halaman 4 paragraf pertama dan kedua John Holt menuliskan kurang setujunya ia terhadap teori otak kanan dan otak kiri dengan alasan “Sebuah teori yang saat ini sedang ramai-ramainya dibicarakan orang adalah teori otak kanan-otak kiri, yang berpendapat bahwa untuk beberapa bentuk pemikiran kita menggunakan salah satu sisi otak kita, dan untuk beberapa pemikiran lainnya kita menggunakan sisi otak kita yang lain. Pertama-tama, teori itu sendiri berubah lebih cepat dari kemampuan kita mengikutinya. Dalam edisi terbaru majalah Omni terdapat sebuah artikel berjudul “Brainstorms”, yang menyatakan bahwa teori baru tentang otak kanan dan otak kiri sudah tidak diakui lagi dan bahwa jenis-jenis aktivitas mental yang berbeda tidak bisa secara persis ditentukan lokasinya, apakah di bagian otak yang satu atau di bagian otak yang lain.”
Adapun kritik saya sebagai pembaca buku ini terhadap pembahasan ini dilatarbelakangi oleh pendapat dan hasil eksperimen Bobbi DePorter dan Mike Hernacki yang terdapat dalam buku yang ditulis oleh H.D Iriyanto (2012) halaman 28-29 yaitu “Selanjutnya dikatakan dua penulis tadi bahwa proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional. Artinya serba urut dan teratur. Cara berpikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Berbeda dengan otak kiri, otak kanan kita dan murid-murid kita memiliki cara berpikir yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistic. Cara berpikir ini sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui hal-hal yang bersifat non-verbal, seperti perasaan dan emosi, pengenalan bentuk dan pola, music dan seni, kepekaan warna, serta kretivitas dan visualisasi. Penting untuk kita ketahui bahwa kedua belahan otak itu harus berfungsi secara seimbang. Belajar akan terasa mudah bagi kita, kalau kita mau memilih bagian otak yang diperlukan dalam setiap aktivitas yang sedang kita kerjakan. Begitupula bagi murid-murid kita. Dari buku tersebut dapat disimpulkan bahwa teori otak kiri dan otak kanan masih digunakan hingga saat ini bahkan menjadi hal serius bagi para psikolog untuk mengarahkan potensi belajar dan minat anak.
Bagian II CBR
Belajar dan Eksperimen
Pada halaman 36 parafagraf pertama disebutkan bahwa “Setiap saat kita mendapati diri kita mengatakan “tidak, tidak, jangan pegang ini, ini terlalu panas, ini terlalu tajam, ini bisa melukaimu, ini bisa pecah, ini milikku, aku mau pakai.” Setiap saat ia merasa, secara alamiah, bahwa kita telah menyerang apa yang menjadi hak serta kebutuhannya untuk menyelidiki setiap bagian dunia di sekitarnya agar ia jadi lebih paham. Semua orang menyentuh benda itu, lantas mengapa aku tidak boleh? Sangat mudah melihat bahwa pengakuan “serba tidak boleh” itu dapat menghancurkan rasa ingin tahu anak dan membuatnya berpikiran bahwa dunia yang sebelumnya dianggap penuh dengan hal-hal yang amat menarik untuk ditelusuri ternyata penuh dengan bahaya dan masalah tersembunyi.”
Saya setuju apabila orang dewasa terlalu sering melarang anak-anak yang pada dasarnya dalam proses belajar dan menjawab pertanyaan ingin tahunya dengan cara terus-menerus melarangnya dapat menghancurkan rasa ingin tahu anak terhadap hal yang ingin diketahuinya walaupun sebenarnya itu berbahaya baginya, akan tetapi apabila orang dewasa membiarkan anak terlalu dalam dengan rasa ingin tahunya tanpa membimbing dan mengarahkannya untuk menghindari kemungkinan atau suatu risiko yang akan terjadi maka akan berdampak pada kecelakaan dalam proses belajar yang justru akan dapat menghambat proses lainnya. Hal ini dikarenakan arahan atau larangan orang dewasa sebenarnya merupakan salah satu bagian dari proses belajar anak yaitu tergolong dalam instrumen lunak yang dapat membantu anak melalui proses belajarnya. Alasan tersebut sesuai dengan pembahasan mengenai belajar yang tedapat dalam buku pengantar psikologi umum yaitu “Masukan mentah adalah individu atau organism yang akan belajar. Misalnya siswa, mahasiswa atau anak yang akan belajar. Masukan instrumental adalah masukan yang berkaitan dengan alat-alat atau instrumen yang digunakan dalam proses belajar. Misalnya rumah, kamar, gedung, dan peraturan-peraturan. Peraturan merupakan suatu masukan instrumen yang lunak, sedangkan kamar, rumah, gedung merupakan suatu masukan instrumen yang keras.
Masukan lingkungan merupakan masukan dari yang belajar, dapat merupakan masukan lingkungan fisik maupun non-fisik. Misalnya tempat belajar yang gaduh atau ramai merupakan hal yang kurang menguntungkan untuk proses belajar.
Bagian IV CBR
Olahraga
Dalam buku karya John Holt ini tidak dijelaskan secara rinci cara yang seperti apa untuk mengatasi permasalahan mengenai olah raga pada anak seperti : “Seorang anak lebih mudah belajar untuk sadar ketika hidung dan mulut mereka berada di bawah permukaan air, di sebuah kolam yang tidak terlalu ganas. Tetapi kolam yang ini kecil dan penuh sesak, dan kalau berada di negara yang beriklim kering, tidak ada saluran-saluran sirkulasi yang membantu menurunkan gelombang air itu. Kita harus menemukan cara untuk mengatasi persoalan tersebut.”
Sedangkan dalam hasil penelitian pembanding dijelaskan bahwa bagi para pelatih, pembina, pengurus, dan orang tua yang anaknya menggeluti olahraga prestasi, berikanlah kebebasan anak-anak untuk memilih cabang olah-raga yang digeluti sesuai dengan bakat, minat, kondisi, dan kemampuan setiap individu. Tidak perlu memaksakan kepada orang lain untuk melakukan aktivitas olahraga sesuai dengan kehen-dak dirinya, karena setiap orang memi-liki karakter dan kepribadian yang berbeda-beda.
Oleh karena itu sebagai pelatih, pembina, dan pengurus hanya-lah sebagai fasilitator bagi olahragawan dalam membantu meraih prestasi terbaik. Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa harusnya orangtua ataupun pelatih mampu memberi kebebasan pada pilihan cabang olahraga mana yang akan anak pilih sesuai dengan keinginannya sehingga akan selalu menimbulkan rasa bahagia pada saat anak menjalankan olahraga tersebut.
Bagian VII CBR
Belajar dan Cinta
Dalam pembahasan mengenai belajar dan cinta sudah cukup jelas dan ter-arah, akan tetapi dalam pembahsan ini tidak dipaparkan mengenai bagaimana bentuk hal besar dari apa yang diciptakan oleh seorang anak seperti yang diungkapkan oleh John Holt : “Yang menarik dari anak-anak adalah mereka mampu menciptakan sebuah hal besar dari segala sesuatu atau bahkan dari sesuatu yang sebenarnya tidak ada.”
4.2.Kelemahan CBR
Adapun beberapa kelemahan dalam buku ini yaitu :
4.2.1. Dalam sistematika penulisan, terdapat beberapa tanda baca yang tidak sesuai dengan fungsinya digunakan dalam pembahasan seperti tanda garis hubung yang digunakan sebagai tanda baca koma.
4.2.2. Terdapat tanda baca titik yang pengetikkannya lebih dari satu kali.
4.2.3. Pada beberapa kutipan yang diambil dari penelitian ahli lain, tidak terdapat tanda baca kutip atau kalimat yang menyatakan sebuah kutipan sehingga menyulitkan bagi pembaca untuk mengetahui apakah kalimat tersebut benar-benar merupakan sebuah kutipan atau gagasan dari penulis itu sendiri.
4.2.4. Terdapat beberapa hasil observasi yang pemaparan dalam bentuk cerita beruntun waktu yang tidak menunjukan sebuah kesimpulan dan solusi.
4.2.5. Buku ini tidak memuat daftar pustaka dari kutipan yang termuat didalamnya.
4.3.Kelebihan CBR
Beberapa kelebihan dalam buku ini yaitu :
4.3.1. Buku ini memberikan gambaran yang tepat kepada seluruh pembaca mengenai bagaimana cara dan sistematika anak ketika belajar.
4.3.2. Ada beberapa pengetahuan mengenai belajar pada anak yang sulit ditemukan dalam buku atau jurnal lain akan tetapi terdapat dalam buku ini.
4.3.3. Buku ini berhasil membawa pembaca pada bayangan imajinatif yang menarik mengenai psikologi anak-anak dalam belajar.
4.4.Kesimpulan
Setelah membaca dan memahami isi dari buku karya John Holt ini, satu kesimpulan dari saya sebagai pembaca yaitu, dalam suatu proses pembelajaran seorang anak atau siswa sangat dibutuhkan pendampingan dari orangtua maupun guru yang mampu mengarahkan dan mendidik serta yang mampu memahami kondisi psikologi siswa.
4.5.Saran CBR
Berdasarkan kelemahan-kelemahan dari buku karya John Holt yang telah dibahas pada poin sebelumnya, maka saya sebagai pembaca buku ini memberikan beberapa saran yakni sebagai berikut:
4.5.1. Penulis seharusnya mencantumkan daftar pustaka atau referensi sehingga pembaca mampu melihat textbook yang menjadi referensi penulisan buku ini.
4.5.2. Bagi editor seharusnya teliti dalam meletakkan tanda baca dan beberapa kutipan-kutipan peneliti lain.
Posting Komentar
0 Komentar
Mari Berdiskusi Tentang Topik Ini